Iklan

Sunday, September 1, 2013

Teknik pembenihan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis)



Gambar.1 Kerapu Bebek
2.1. Biologi Ikan Kerapu Bebek
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi
Ikan kerapu bebek yang banyak ditemukan di Indonesia adalah termasuk sub Ephinephelus sedangkan klasifikasi ikan kerapu menurut Pramu Sunyoto (1994) adalah sebagai berikut :

Class                          : Teleostemi
Sub class                   : Actinopterygii
Ordo                          : Percoide
Sub ordo                   : Pereiformes
Family                       : Serranidae
Sub family               : Ephinephelinae
Genus                        : Cromileptes
Spesies                      : Cromileptes altivelis

Sedangkan morfologi ikan Kerapu Bebek bentuk tubuhnya agak pipih dengan warna dasar abu–abu dan terdapat bintik-bintik hitam, kepala kecil dengan moncong kelihatan meruncing. Menurut Valencinnes Cit Randall  dalam Annonymus (1999) Kerapu Bebek mempunyai panjang maksimal 70 cm.
2.1.2. Habitat dan Penyebaran
Daerah penyebaran Kerapu Bebek dimulai dari Afrika Timur sampai Fasifik Barat (Valencinnes dalam Randall, 1987). Weber dan Beafort (1931) mengatakan bahwa Indonesia ikan Kerapu banyak ditemukan diperairan pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, pulau Buru dan Ambon. Salah satu indikator adanya Kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan yang cukup luas sehingga potensi sumber daya ikan Kerapunya sangat besar (Tampubolon dan Mulyadi, 1989).
Powles dalam Leis (1987) telah melakukan studi distribusi vertikal pada berbagai larva ikan Kerapu dengan menggunakan jaring “Neuston” dan jaring “Bongo”. Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari, sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan dipermukaan air. Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat ikan Kerapu sebagai organisme nocturnal. pada hari lebih banyak bersembunyi diliang-liang karang, sedangkan pada malam hari aktif bergerak dikolam air untuk mencari makan. Habitat faforit larva dan kerapu bebek muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun (Anonymous,1991).
2.2. Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi yang sesuai sangat penting bagi kelangsungan usaha pembenihan ikan kerapu bebek, untuk diharapkan dalam melakukan usaha pembenihan ikan kerapu bebek pengusaha memilih lokasi disekitar pantai, dengan harapan mudah untuk mendapatkan suplay air laut, selain itu trasportasi kepembenihan harus lancar dan tersedia sumber air tawar (Sri Hartati R,1998).
Kejernihan suatu perairan belum tentu memberi jaminan kualitas air, namun kejernihan setidaknya cukup untuk menduka kondisi air itu baik atau buruk. Menurut ketut sugama, dkk, (2000) Untuk memastikan kualitas air perlu dilakukan pemeriksaan parameter kualitas air diantaranya:
Suhu                       : 29 – 31 0C
pH                          : 6,5-8,5
Salinitas                 : 31-34 ppt
DO                          : >6 ppm
 
       Hamparan pantai calon lokasi pembenihan sebaiknya landai dan tidak terlalu terjal. Lokasi yang terjal akan menyuulitkan operasional pembenihan dan modal yang besar.

2.3.1. Pemeliharaan Induk
Salah satu kunci keberhasilan dalam pembenihan adalah pemilihan induk yang tepat.Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan dan penyeleksian terhadap calon induk yang akan dibenihkan. Adapun syarat induk yang siap dipijahkan menurut pramu sunyoto (1994) adalah harus sehat, tubuh tidak cacat, mempunyai ukuran berat yang siap dipijahkan. Ukuran berat calon induk Kerapu Tikus yang siap pijah adalah 1,5-3,5 kg untuk jantan sedangkan untuk betina 1-3 kg.
Induk diperoleh atau dibeli dari nelayan dalam keadaan hidup kemudian dipelihara didalam bak induk yang terlebih dahulu disuci hamakan dengan cara merendam dalam larutan bahan aktif campuran yodium dan kalium permanganate 100 ppm selama satu jam untuk membunuh bakteri atau mengobati luka. Selain itu direndam dalam air tawar selama 30 menit untuk membasmi parasit yang biasa menyerang mata. Induk dipelihara dalam bak beton 10 ton dengan kepadatan maksimal 50 ekor atau 25 pasang dengan pergantian air 200-300 % perhari dan dilengkapi aerasi (Ketut Sugama,1998).
3.2.2. Pakan Induk     
Pakan sangat menentukan dalam pertumbuhan induk sehingga diperoleh telur yang berkualitas baik. Makanan yang diberikan selama pemeliharaan induk Kerapu dapat berupa ikan rucah segar (tembang, lemuru, selar) dan cumi-cumi. Untuk mendapatkan kualitas pakan yang baik dapat ditambahkan protein yang dibuat berupa pellet basah dari tepung ikan, tepung kedelai, yang dimasukkan kedalam cumi-cumi serta penambahan beberapa vitamin. Pemberian pakan secara perlahan-lahan sampai induk berhenti makan (kenyang). Oleh karena itu kualitas dan kuantitas pakan merupakan faktor penting untuk memproduksi dalam keadaan sehat dan bermutu (Tridjoko,2000).
2.4. Pemijahan
Ikan kerapu bebek memijah sepanjang tahun, pemijahan pada ikan Kerapu Bebek pada dasarnya dapat dibagi dua cara yaitu pemijahan secara alami dan pemijahan buatan, sedangkan pemijahan secara buatan ada dua sistem yaitu sistem manipulasi lingkungan dan sistem rangsangan hormon. Injeksi hormon LHRH-A pada dosis 50  g cukup efektif untuk pematangan gonad dan pemijahan Kerapu Bebek (Slamet et al,1999). Sex ratio induk Kerapu Bebek 1 jantan : 2 betina, induk berhasil memijah selama 5-8 hari/bulan dengan jumlah telur antara 1,304.000-12.318.000 butir dan daya tetas telur antara 0-90 %. Waktu inkubasi telur Kerapu antar 16-20 jam pada suhu 28 - 32 0C dan salinitas 30 - 34 ppt. Pemijahan Kerapu Bebek terjadi pada malam hari yaitu antara pukul 23.00 - 04.00  wita. Pada suhu air antara 27 – 30 0C dan salinitas 31 – 33 ppt.
2.5. Penetasan Telur
Menurut Ketut Sugama, dkk. 1998 telur ikan Kerapu Bebek yang telah dibuahi akan mengapung dibagian permukaan aor, olej karenanya bak pemijahan induk dirancang dengan sistem pembuangan air permukaan sekaligus berfungsi untuk membuang kotoran dari sisa pakan. Diluar bak, yaitu pembuangan air bagian atasnya dibuat bak penampungan telur yang dilengkapi dengan saringan atau tempat penampungan telur (Egg Colektor) berukuran 500 – 600 mikron. Kolektor telur harus terendam terus dalam air, sehingga telur yang terbawa oleh air permukaan akan terkumpul dalam kolektor telur, sehingga telur mudah dipindahkan dalam bak inkubasi untuk penetasan lebih lanjut. Kadar garam air laut dalam bak inkubasi dan pembesaran larva berkisar antara 31 – 34 ppt dan suhu berkisar antara 27 – 29 oC. Dengan kondisi ini telur akan menetas setelah 16 -18 jam pembuahan. Karena larva yang baru menetas sangat ringkih dan rentan terhadap sentuhan benda lain, maka disarankan untuk menetaskan telur langsung dalam bak pembesaran larva.
2.6. Pemeliharaan Larva
Menurut Matsuda H. (1998) bahwa larva yang dipelihara dapat langsung dari telur yang telah diseleksi atau telur yang telah diinkubasi terlebih dahulu dan setelah menetas baru ditebar atau dipindahkan kebak pemeliharaan larva. Sebelum telur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu dan salinitas sehingga larva yang ditebar tidak mengalami stres. Padat penebaran yang dipakai adalah 10 ekor/liter.
Monitoring kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tidak mengalami goncangan, dan kalaupun terjadi goncangan dapat diatasi sejak dini sehingga larva ikan Kerapu Bebek tidak mengalami stres. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan sistem pergantian air dan sirkulasi air setiap hari (Muhammad Murdjani, 1997) dan menambahkan Chlorella sebagai green water (Matsuda H. et al.,1998).
2.6.1. Pemberian Pakan
Dalam pemeliharaan larva, keberhasilan larva untuk memanfaatkan pasok pakan dari luar terutam pada saat cadangan makanan dari dalam tubuh sudah habis merupakan kunci bagi kelangsungan hidup bagi larva selanjutnya. Menurut Tridjoko (2000), masa kritis pertama terjadi pada saat larva mulai buka mulut sampai pada saat kuning telur habis terserap.
Tabel Pemberian Pakan Mulai Dari Umur D-0 – D-60
Umur Ikan
Jenis Pakan
Dosis
Keterangan
D-0 – D-1
Egg yolk
-
-
D-2 – D-6
Chlorella sp.
Brachionus plicatilis
100 – 200 ribu sel/ml
5 – 10 ind/ml
1 x sehari
dipertahankan
D7 – D20
Chlorella sp.
Brachionus plicatilis
Pellet
500.000 – 1000.000 sel/ml
10 – 15 ind/ml
At satiation (secukupnya)
1 x sehari
Dipertahankan
D-17 pellet 4 x sehari
D-20 – D-30
Chlorella sp.
Brachionus plicatilis
Artemia
Pellet
500.000 sel/ml
10 – 15 ind/ml
1 – 3 ind/ml
At satiation
1 x sehari
Dipertahankan
2 x sehari
4 – 6 x sehari
D-30 – D-40
Artemia
Pellet
3 – 10 ind/ml
At satiation
2 x sehari
7 – 10 x sehari
D-40 – D-50
Jembret
Pellet
Ad libitum
At satiation
2 x sehari
10 x sehari
D-50 – D-60
Daging ikan segar (diblender)
Pellet
3 – 5 % bobot tubuh

at satiation

2 x sehari

10 x sehari


2.6.2.Pengendalian Penyakit
Selama masa pemeliharaan penyakit yang sering dijumpai adalah serangan yang disebabkan oleh cacing dan protozoa sedangkan penyakit yang belum dapat dideteksi adalah penyakit yang menyebabkan kematian massal pada larva Kerapu Bebek (Muhammad Murdjani, 1997).
Penanganan penyakit larva Kerapu Bebek dapat ditangani dengan membaginya beberapa tahap atau fase, dimana pad setiap fase memiliki tingkat kesulitan yang berbeda – beda sejak D-2 samapai D-60 (Muhammad Murdjani, 1997).
2.6.3. Pemanenan
Penanenan dilakukan pada saat larva berumur 60 – 90 hari dengan panjang total kurang lebih 5 cm atau larva sudah menjadi juvenil. Menurut Muhammad Murdjani, (1997), larva yang telah disebutkan diatas telah memiliki anatomi dan morfologi yang sempurna dan sesuai dengan fungsinya sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru.



1 comment: