I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Laut
adalah suatu perairan terbuka yang kaya akan sumberdaya hayati laut. Organisme
yang hidup di laut memiliki jumlah yang sangat melimpah dan terkenal akan biodiversitasnya.
Kemampuan potensial suatu perairan untuk menghasilkan sumberdaya alam hayati
ditentukan oleh kandungan produktivitas primernya. Produktivitas primer adalah
banyaknya zat organik yang dihasilkan dari zat anorganik melalui proses
fotosintesis dalam satuan waktu dan volume air tertentu (Riyono, 2006).
Kandungan
pigmen fotosintesis (terutama klorofil-a) dalam air sampel menggambarkan
biomassa fitoplankton dalam suatu perairan. Klorofil-a merupakan pigmen yang
selalu ditemukan dalam fitoplankton dan merupakan pigmen yang terlibat langsung
dalam proses fotosintesis. Jumlah klorofil-a pada setiap individu fitoplankton
tergantung pada jenis fitoplankton, oleh karena itu komposisi jenis
fitoplankton sangat berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a di perairan
(Adani, 2013).
Klorofil
adalah pigmen hijau yang ada dalam kloroplastida. Pada umumnya klorofil
terdapat pada kloroplas sel-sel mesofil daun, yaitu pada sel-sel parenkim
palisade dan atau parenkim bunga karang. Dalam kloroplas, klorofil terdapat
pada membrane thylakoid grana. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua jenis
klorofil yaitu klorofil-a dan klorofil-b. Pada keadaan normal, proporsi
klorofil-a jauh lebih banyak daripada klorofil-b. Selain klorofil, pada membran
thylakoid juga terdapat pigmen-pigmen lain, baik yang berupa turunan-turunan
klorofil-a maupun pigmen lainnya (Suyitno, 2008).Berdasarkan hak
tersebut di atas, maka praktikum mengenai penentuan kadar klorofil-a perlu
dilakukan untuk melihat sejauh mana kondisi kualitas perairan Dermaga
Kayu Bangkoa.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini
diharapkan dapat melaksanakan penentuan kadar klorofil-a dalam air laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Klorofil
Klorofil adalah pigmen
pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Senyawa ini
yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah
tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia. Dengan proses fotosintesis,
terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu yg pertama memanfaatkan energy
matahari, kedua memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga
menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat
yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein,
lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya (Hasibuan. 2011).
Klorofil terdapat dalam
bentuk a, b, c, d, dan e. Klorofil-a adalah salah satu pigmen fotosintesis yang
paling penting bagi tumbuhan yang ada di perairan khususnya fitoplankton.
Selain itu ada beberapa jenis pigmen fotosintesis yang lain seperti karoten dan
xantofil. Dari pigmen-pigmen tersebut klorofil-a merupakan pigmen yang paling
umum terdapat pada fitoplankton. Karenannya hasil pengukuran kandungan
klrofil-a seering digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton suatu perairan
(Manoppo, 2003).
B. Faktor –Faktor Pembentuk Klorofil
Keberadaan
klorofil tak lepas dari faktor-faktor pembentukan klorofil itu sendiri. Menurut
Dwidjoseputro (1994) dalam Fuquh
(2012), faktor-faktor pembentuk klorofil itu antara lain:
1.
Faktor
pembawa sifat. Seperti halnya hewan, jika tak memiliki faktor pembawa pigmen
warna maka kulit organisme tersbut akan tak berwarna (albino), mak abegitu pula
tanaman jika tidak memiliki klorofil maka tanman tersebut akan nampak putih.
2.
Sinar
matahari. Dimana klorofil dapat terbentuk dengan adanya sinar matahari yang
lansung mengenai tanaman.
3.
Oksigen.
4.
Karbohidrat.
5.
Nitrogen,
magnesium, dan besi.
6.
Unsur-unsur
lain seperti Mn, Cu, dan Zn dalam jumlah yang pas.
7.
Air,
karena kekurangan air akan mengakibatkan desintegrasi dari klorofil
(kekeringan).
Menurut
Mambo (2008) pengelompokan klorofil-a di permukaan dikelompokkan ke dalam tiga
kategori (grup) yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a
secara berurut < 0.07, 0.07-0.14 dan > 0.14 mg/m3.
Penggolongan
klorofil-a berdasarkan status trofik perairan menurut Parslow (2008) dalam Adani (2013) yakni kandungan
klorofil pada kisaran 0 – 2 mg/l tergolong oligotrofik, 2 – 5 mg/l
tergolong meso-oligotrofik, 5 – 20 mg/l tergolong mesotrofik, 20
– 50 mg/l tergolong eurotrofik dan >50 mg/l tergolong hiper-eurotrofik.
C.
Macam–macam Metode Pengukuran Klorofil
Beberapa macam metode pengukuran klorofil yaitu (Riyono, 2006) :
1. Metode Kolorimetri
Di Indonesia sampai saat ini metode
kolorimetri untuk pengukuran kadar klorofil masih banyak digunakan. Hal ini
disebabkan metode tersebut cukup sederhana, tidak memerlukan peralatan yang
mahal dan hanya didasarkan pada perbandingan warna-warna. Prosedur untuk
melakukan pengukuran klorofil dengan metode kolorimetri adalah dengan cara
mengisi sejumlah tabung gelas (berdiameter sama) dengan larutan standar yang
memiliki kadar yang berbeda. Kadar larutan standar tersebut semakin bertingkat
sehingga terdapat sederet warna yang semakin pekat dan sekaligus menunjukkan
satuan HPPU-nya. Satu HPPU (Harvey Plant Pigment Unit) dari
larutan standar mempunyai warna kehijau-hijauan, yang dihasilkan dari campuran
430 μg nickel sulphate hexa hydrate ditambah 25 μg potassium
dichromate dalam larutan yang agak asam. Warna larutan dalam tabung-tabung
tersebut dibandingkan dengan warna dari ekstrak klorofil dalam aceton 90 % yang
juga mberada dalam tabung-tabung serupa (Gambar 2). Warna yang paling cocok
dengan salah satu tabung standar menunjukkan nilai HPPU-nya (Riyono, 2006).
Kesulitan dalam metode ini adalah untuk
membedakan warna secara cermat, karena perbedaan warna hanya berdasarkan
pengamatan secara visual dengan penglihatan, sehingga ada faktor subjektif si
pengamat adalah yang menentukan. Untuk mengatasi kesulitan dalam membandingkan
warna, kemudian digunakan Pulfrich photometer dan Electrical
colorimeter dengan beberapa Modifikasi.
2. Metode Spektrofotometri
Metode spektrofotometri dalam pengukuran
klorofil fitoplankton adalah yang paling populer digunakan (Gambar 2). Dalam
metode ini panjang gelombang yang digunakan dapat diatur menurut keperluan dan
penyerapannyapun dapat diukur. Larutan yang diperiksa dimasukkan dalam cuvette
atau absorption cell dan diletakkan dalam lintasan cahaya di dalam
spektrofotometer. Penyerapan (log I0 – log I) pada gelombang tertentu dapat
ditentukan secara elektrik. Prinsip yang digunakan dalam metode ini didasarkan
pada hukum Lambert dan Beer, yaitu penyerapan pada gelombang cahaya tertentu
merupakan fungsi dari kadar zat yang terlarut, koefisien penyerapan dan panjang
lintas cahaya (path length) dalam cuvette. Ketelitian
dalam metode spektrofotometri ini ditentukan oleh beberapa faktor yakni :
a. Panjang gelombang (ë) dan half value band width (lebar
spektrum pada setengah dari intensitas penyinaran maksimum). Makin
sempit band width nya akan semakin teliti, sedangkan spektrofotometer
yang baik dapat bekerja dengan band width sebesar 3 – 4 nm.
b. Kadar zat terlarut yang diperiksa. Kadar yang sangat rendah
memiliki akurasi yang rendah, demikian pula sebaliknya.
c. Koefisien penyerapan pada panjang gelombang yang digunakan.
d. Panjang lintas cahaya dalam cuvette (pathlength).
Path length yang panjang dapat mengukur dengan lebih teliti.
Prinsip metode untuk pengukuran klorofil
secara spektrofotometri didasarkan pada penyerapan maksimum oleh ekstrak
klorofil dalam aceton di daerah spektrum merah (panjang gelombang 630 – 665
nm). Penyerapan maksimum untuk klorofil-a, -b dan -c terjadi pada tiga panjang
gelombang, yaitu 665, 645 dan 630 nm (trichromatic). Beberapa tahapan
yang perlu mendapat perhatian adalah dari saat proses pengambilan contoh air,
penyaringan, penyimpanan sampel, ekstraksi sampai dengan pengukuran agar
dihindarkan dari cahaya secara langsung. Cahaya yang intensitasnya terlalu kuat
akan merusak klorofil dalam reaksi yang disebut photo oxidation.
3. Metode Fluorometri
Sifat fluorescence pada klorofil dapat
dijadikan dasar bagi pengukuran klorofil fitoplankton. YENTSCH & MENZEL
(1963) telah mengajukan metode pengukuran klorofila dengan menggunakan
fluorometer Turner (Gambar 6) yang kemudian diteliti pula oleh HOLM HANSEN et
al., (1965). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan, dengan kepekaan yang sama sampel yang diperlukan
jauh lebih sedikit, lagi pula prosedurnya dapat dikerjakan lebih cepat.
Berdasarkan metode ini dapat pula dibedakan klorofil dengan phaeophytin.
Prosedur pengambilan sampel, penyaringan,
ekstraksi dan centrifuge adalah sama seperti pada metode spektrofotometri.
Perbedaanya hanya pada volume sampel yang diperlukan jauh lebih sedikit dan
dengan perlakuan yang singkat. Prinsip kerja dari fluorometer adalah penyinaran
untuk cahaya excitation dengan filter cahaya biru-ungu (Corning CS.
5-60) kemudian diteruskan oleh sampel (emisision) melalui filter cahaya
merah (Corning CS. 2-64). Apabila phaeophytin tidak terdapat dalam
sampel maka klorofil-a dapat ditentukan dengan rumus :
Klorofil-a (mg/m3) = Fd x R
R, adalah bacaan fluorometer dan Fd adalah faktor yang
bergantung pada perbesaran lintasan cahaya.
4.
Metode Kertas Kromatografi
Penentuan pigmen-pigmen fitoplankton dapat ditentukan
secara lebih teliti dengan metode kertas kromatografi, tetapi metode ini tidak
banyak digunakan dalam pengukuranpengukuran rutin di laut. Salah satu kesulitan
pokok kerja di lapangan (di atas kapal) adalah kestabilan tidak dapat
dipertahankan, karena metode ini diperlukan solven front horizontal yang
seragam. JEFFREY & ALLEN (1967) membuat suatu modifikasi untuk diterapkan
dalam pekerjaan di laut, namun tidak dimaksudkan sebagai metode yang dapat
digunakan secara luas dalam survei-survei rutin oseanografi. Metode ini
dimaksudkan untuk mempelajari pigmen-pigmen fitoplankton dalam keadaan khusus
saja, misalnya penelitian fisiologis blooming fitoplankton yang
dilakukan in situ dan sebagainya.
III. METODE ANALISIS
A.
Prinsip Analisi
Prinsip metode untuk
pengukuran klorofil secara spektrofotometri didasarkan pada penyerapan maksimum
oleh ekstrak klorofil dalam aceton di daerah spektrum merah (panjang gelombang
630 – 665 nm).
B.
Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan yaitu Peralatan
penyaringan untuk diameter 47 mm milipore
Botol dengan penutup 300 ml Tabung centrifuge 15 ml Centrifuge untuk
tabung 15 ml Spektrofotometer dengan
cuvet 10 cm.
Bahan bahan yang digunakan dalam
praktiukum ini yaitum Aseton 90%. Magnesium Karbonat 1%. Kertas Saring Membran
Selulosa Nitrat.
C.
Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Menyaring contoh air laut yang digunakan sampel sebanyak 1000 ml
kedalam saringan milipore dengan menggunakan pompa vacum yang telah tersambung
dengan corong buchner dan erlenmeyer
section. Kemudian tambahkan 3-5 tetes larutan MgCO3 1 % kedalam contoh air laut
yang sementara disaring. Setelah selesai
dilakukan proses penyaringan, selanjutnya mengaambil kertas saring dengan
menggunakan pinset dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi Aceton 90% sebanyak 10 ml. Setelah selesai kemudian
ditutup dengan aluminium foil. Setelah
proses tersebut selesai selanjutnya disimpan dalam refrigerator selam 1
x 24 jam. Selanjutnya melakukan Disentrifugal untuk tiap tabung reaksi
pada suhu kamar selama 15 menit dan 3500 rpm. Setelah selesai kemudian mengambil
supernatan kedalam cuvet 10 cm dan mengukur absorban pada panjang gelombang 630,
645 dan 665 nm. Setelah pengukuran selesai, catat hasilnya.
D.
Perhitungan
(Ca) Klorofil-a = 11,85 E664 – 1,54 E647-0,08E630
|
mg klorofil/m3 =
mg klorofil/m3 =
|
Dimana :
C = jumlah Ca + Cb + Cc (ml)
V = volume contoh air laut (liter)
v = volume aseton (15 ml)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil pengukuran yang diperoleh dari
praktiukum di laboratorium yaitu :
Tabel. 2 Hasil pengukuran dengan
spektrofotometer
Panjang gelombang
|
Hasil
|
630
|
0.049
|
645
|
0.074
|
665
|
0.075
|
Dari
hasil praktikum penentuan kadar klorofil-a dalam air laut diperoleh data
sebagai berikut:
(C) klorofil-a =
11, 85 E630 – 1,54 E645 – 0,08 E665
= 11,85 (0,049) – 1,54 (0,074) – 0,08 (0,049)
=
0,58065 – 0,11396 – 0,00392
=
0,46277
mg/ Klorofil/ m3
=
0,00116 mg/L
B.
Pembahasan
Dari
praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu pada pengukuran panjang
gelombang 630 diperoleh hasil sebesar 0,049, pada panjang gelombong 645
diperoleh hasil sebesar0.074 dan
panjang gelombang 665 diperoleh hasil sebesar 0,049. Dan dari hasil perhitungan didapatkan
0.00116 mg/L. Dan dapat diketahui bahwa kandungan klorofil-a pada perairan
Dermaga Kayu Bangkoa tergolong rendah.
Hal ini dipertegas oleh Mambo (2008) yang menyatakan bahwa klorofil-a dikelompokkan
ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan
klorofil-a secara berurut <0,07, 0,07 – 0,14 dan > 0,14 mg/m3. Sedangkan jika ditinjau dari status
trofiknya, maka perairan Pantai Losari tergolong ke dalam perairan oligotrofik.
Hal
ini didasarkan pada pernyataan Parslow (2008) dalam Adani (2013) yang mengatakan bahwa kandungan klorofil pada
kisaran 0 – 2 mg/l tergolong oligotrofik, 2 – 5 mg/l tergolong meso-oligotrofik,
5 – 20 mg/l tergolong mesotrofik, 20 – 50 mg/l tergolong eurotrofik dan
>50 mg/l tergolong hiper-eurotrofik.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melakukan praktikum ini,
mahasiswa telah mengetahui dan melaksanakan penentuan kadar klorofil-a dalam air laut. Dan
dari hasil perhitungan didapatkan 0.00116 mg/L. Dan dapat diketahui bahwa
kandungan klorofil-a pada perairan Dermaga Kayu Bangkoa tergolong rendah. Hal ini dipertegas oleh Mambo (2008)
yang menyatakan bahwa klorofil-a dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berurut <0,07,
0,07 – 0,14 dan > 0,14 mg/m3.
B. Saran
Saran saya yaitu sebaiknya dalam
praktikum selanjutnya langsung memebuat laporan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Hisabuan. 2011. Klorofil.
(Jurnal) repository. Usu .ac.id/ bitstream/
123456789/ 29994/3/ Chapter %20II. pdf. diakses pada tanggal 25 april 2014
pukul 20.30 WITA.
Fuquh,
R.S., dkk. 2012. Produktivitas Perairan.
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor :
Mambo.
2008. Hubungan Klorofil Dan Ikan Pelagis
Dengan Kondisi Oseanografi. http://www.unila.ac.id/~fp-ikan - BUDIDAYA
PERAIRAN (Online).
Millero,
Frank J. and Sohn, Mary L. 1992. Chemical Oceanography. CRC Press Boca
Raton Ann Arbor London
Riyono,
Sumijo H. 2006. Beberapa Metode
Pengukuran Klorofil Fitoplankton Di Laut. Bidang Dinamika Laut, Pusat
Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta:
No comments:
Post a Comment