I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Laut
adalah suatu perairan terbuka yang kaya akan sumberdaya hayati laut. Organisme
yang hidup di laut memiliki jumlah yang sangat melimpah dan terkenal akan
biodiversitasnya. Untuk dapat melestarikan kekayaan alam yang terkandung di
dalam laut perlu adanya upaya konservasi terhadap biota-biota laut. Selain
upaya konservasi yang dapat dilakukan manusia, kita juga perlu mengetahui
faktor-faktor apa saja yang dapat menunjang keberlangsungan hidup organisme
laut, diantaranya adalah parameter kimia
yang tentu saja memberi pengaruh yang sangat besar. Salah satu parameter kimia
yang sangat berperan dalam kehidupan laut adalah dengan keberadaan phospat yang
terkandung dalam suatu perairan.
Phosphat
terdiri dari bentuk anorganik dan organik, ortophosphat dan poliphosphat adalah
bentuk senyawa anorganik sedangkan dalam bentuk senyawa organik adalah gula
phosphat dan hasil-hasil oksidasinya, phosphoprotein. Senyawa anorganik
phosphat dalam air laut umumnya berbentuk ion (orto) asam phosphat, H3PO4,
PO43- dan HPO42-.
Sumber
phosphat pada perairan laut berasal dari dekomposisi organisme yang telah mati.
Ortophosphat merupakan nutrien penting bagi produktivitas primer khususnya
fitoplankton. Kadar rata-rata phosphat dalam air laut sekitar 2 μg-at PO4 P/l.
Untuk
mengetahui kadar ortophosphat dalam suatu perairan khususnya diDermaga
Kayu Bangkoa maka dilakukanlah praktikum penentuan kadar ortophosphat.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu setelah mahasiswa mengikuti praktikum
ini diharapkan dapat melaksanakan penentuan kadar phosphat dalam air laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Autofosfat
Menurut
Effendi (2003), ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami
hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfat. Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam
ortofosfat adalah bentuk fosfat yang paling sederhana di perairan. Istilah
‘fosfat’ adalah yang lebih umum digunakan. Penelitian ini perlu dilakukan untuk
mengetahui kondisi fosfat yang ada di perairan dalam upaya untuk mencegah
adanya penurunan kesuburan perairan pada khususnya dan pencemaran perairan pada
umumnya.
Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil,
dengan kadar yang lebih sedikit daripada kadar nitrogen karena sumber fosfor
lebih sedikit dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan. Sumber alami
fosfor di perairan adalah pelapukan batuan mineral. Selain itu, fosfor juga
berasal dari dekomposisi bahan organic. Sumber antropogenik fosfor adalah
limbah industry dan domestic yakni fosfor yang berasal dari detergen. Limpasan
dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi keberadaan fosfor (Effendi, 2003).
Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan
oleh semua organisme untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfat merupakan
unsur yang penting dalam pembentukan protein dan membantu proses metabolisme
sel suatu organisme. Fosfor berperan dalam transfer energi di dalam sel,
misalnya yang terdapat pada ATP (Adenosine Triphospate) dan ADP (Adenosine
Diphosphate). Fosfor di dalam air laut, berada dalam bentuk senyawa organik dan
anorganik. Dalam bentuk senyawa organik, fosfor dapat berupa gula fosfat dan
hasil oksidasinya, nukloeprotein dan fosfor protein (Effendi (2003) dalam Fuquh (2012)).
Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : perairan oligotrofik yang memiliki kadar
ortofosfat 0,003 – 0,01 mg/liter, perairan mesotrofik yang memiliki kadar
ortofosfat 0,011 – 0,03 mg/liter, dan perairan eutrofik yang memiliki kadar
ortofosfat 0,031 – 0,1 mg/liter (Vollenweider dalam Wetzel (1975) dalam Effendi
(2003)).
Pengkayaan
zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif, namun pada tingkatan
tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya adalah adanya
peningkatan produksi fitoplankton dan total produksi ikan sedangkan dampak
negatifnya adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan, penurunan
biodiversitas dan terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis
fitoplankton berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal
Blooms atau HABs (Howart (2000) dalam
Risamasu (2011)).
B. Faktor yang Mempengaruhi Ortofosfat
Kandungan ortofosfat di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah (Shaleh, 2012) :
1. Suhu
Pada suhu yang relatif hangat,
ketersedian fosfor akan meningkat karena proses perombakan bahan organik juga
meninngkat. Ketersediaan fosfor menipis di daerah yang bersuhu rendah. Semua
polifosfat mengalami hirdolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini tergantung
pada suhu. Pada suhu yang mendekati titik didi, perubahan polifosfat menjadi
ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai
pH. Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung
bakteri berlangsung lebih cepat dibandingkan perubahan yang terjadi pada air
bersih ( Effendi, 2003).
2. Bahan Organik atau sedimen
Penambahan posfat (PO43-) ke dalam perairan akan dengan cepat
hilang karena segera dimanfaatkan bakteri, alga, atau tumbuhan lainnya dan
sebagian lainnya mengendap secara kimia atau terserap lumpur (sedimen).
III. METODE ANALISIS
A.
Prinsip Analisi
Dalam
larutan asam, orthophosphate bereaksi dengan Ammonium molybdate membentuk
senyawa kompleks Ammonium phosphomolybdate. Dengan suatu pereaksi reduksi (Metode
Stannous chloride), molybdenum dalam senyawa kompleks tersebut dapat tereduksi
menjadi senyawa yang berwarna biru. Intensitas warna biru bertambah dengan
semakin besarnya kadar phosphate terlarut yang ada.
B.
Alat dan Bahan
Spektrofotometer DREL 2800 berfungsi untuk mengukur kadar
ortofosfat air laut. Tabung Reaksi berfungsi untuk menampung larutan. Rak Tabung
berfungsi untuk tempat penyimpanan tabung reaksi. Pipet Skala 1 ml berfungsi untuk memindahkan larutan.
Corong berfungsi untuk membantu dalam hal pemindahan larutan agar tidak
tercecer atau tumpah. Erlenmeyer 100 ml berfungsi untuk menampung larutan.
Karet Bulp berfungsi untuk membantu dalam penyedotan larutan dalam jumlah
banyak.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah Larutan Ammonium. Larutan Asam Sulfat 2,5 M berfungsi umtuk . Larutan Asam
askorbik 2 %. Pereaksi
campuran. Larutan
Asam Borat (H3BO3) 2 %.
C.
Prosedur Kerja
Saring sebanyak 25-50 ml air sample
dengan kertas saring Whatman no. 42 atau yang setara. Pipet 2,0 ml air sample yang telah disaring,
masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 3 ml pereaksi, kocok. Tambahkan 2 ml asam borat 2%, kocok. Biarkan 15 menit. Ukur kadarFosfat dengan menggunakan Spektrofotometer
DREL 2800 dalam satuan
mg/L pada panjang gelombang 660nm.
Catat nilai Fosfat
yg tertera di layar Spektrofotometer.
D.
Perhitungan
Pada praktikum penentuan kadar
ortofosfat dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer dan
didapatkan hasil sebesar 0,124 mg/L.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil kadar ortophospat yang diperoleh
dari praktikum ini adalah 0.124
mg/L
B.
Pembahasan
Dari hasil praktikum penentuan kadar orthoposphat
dalam air laut diperoleh kadar orthoposohat sebesar 0.124 mg/L dan diketahui
bahwa kadar orthoposphat diperairan Dermaga Kayu Bangkoa sebesar 0.124 mg/L.
Menurut Wetzel (1975) dalam Fuquh dan Hasibuan (2012), nilai orthoposphat 0.031
– 0.100 mg/L menunjukkan perairan yang subur/eutrofik sehingga berdasarkan hal
tersebut dapat dikatakan bahwa kandungan orthoposphat diperairan Dermaga kayu
Bangkoa sangat tinggi, dan kondisi tersebut bisa disebabkan karena tingginya
masukan bahan organik total dan kondisi aerob didasar perairan, mengingat bahwa
Dermaga kayu Bangkoah letaknya dekat dengan pemukiman dan merupakan perairan terbuka,
sehingga kemungkinan meningkatnya kadar orthoposphat sangat besar.
Dari hasil percobaan didapatkan kadar phosphat sebanyak 0,024 mg/L. Liaw
(1969) dalam Achmad (2008) mengemukakan pembagian tipe perairan berdasarkan
kandungan fosfatnya yaitu : Kesuburannya rendah (0,000 – 0,020 ppm),
Kesuburannya cukup (0,021 – 0,050 ppm), Kesuburannya baik (0,051 – 0,020 ppm),
Kesuburannya baik sekali (0,101 – 0,200 ppm), dan Kesuburannya sangat baik
(>0,201 ppm). Jadi dapat diketahui bahwa perairan Pelabuhan Kayu Bangkoa
tergolong perairan yang kesuburannya cukup.
Menurut Achmad (2008) Perairan alami pada umumnya mempunyai kisaran
kadar fosfat yang tidak lebih dari 0,1 ppm kecuali pada perairan penerima
limbah rumah tangga atau industri serta daerah pertanian yang mengalami
pemupukan fosfat. Di sektiar Dermaga Kayu Bangkoa merupakan tempat pembuangan limbah rumah tangga dan hotel yang disekitar pesisir.
Hal ini merupakan salah satu yang mempengaruhi jumlah ortofosfat di perairan
kayu bangkoa. Sedangkan Menurut Millero (2006),
fariasi distribusi fosfat di lautan di kontrol oleh unsur biologi dan proses
fisik yang terjadi dalam air laut. Di permukaan air PO43-
di hasilkan oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Keismpulan dari praktikum ini yaitu mahasiswa mengikuti dan melaksanakan
penentuan kadar ortophosphat
dalam air laut. Hasil yang diperoleh yaitu 0,024 dan diperairan Dermaga Kayu Bangkoa tergolong kesuburannya
cukup. Hal tersebut dipertegas oleh Liaw (1969) dalam Achmad (2008) mengemukakan pembagian tipe perairan
berdasarkan kandungan fosfatnya yaitu : Kesuburannya rendah (0,000 – 0,020
ppm), Kesuburannya cukup (0,021 – 0,050 ppm), Kesuburannya baik (0,051 – 0,020
ppm), Kesuburannya baik sekali (0,101 – 0,200 ppm), dan Kesuburannya sangat
baik (>0,201 ppm).
B.
Saran
Saran saya untuk praktikum penentuan
kadar ortophosphat di dalam laut kedepanya, hasil yang diperoleh dari suatu
tempat dibandingkan dengan tempat pengambilan sampel lainnya yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arfan. 2008. Pola Sebaran Horizontal Nitrat
dan Fosfat di Sekitar Perairan Mangrove kecamatan Barru Kabupaten Barru.
Fakultas Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin:Makassar
Albert, G. Dan S.S.
Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya.
Efendi, Hefni. 2003. Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius : Yogyakarta.
Rachmawati, Dian. 2004. Pertumbuhan salina, phaedactylum tricornutum, dan
Anabaenopsis circularis dalam
Rasio N/P yang Berbeda pada Skala Laboratorium. ITB : Bogor
Santoso
dkk. 2010. Karakterisitik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di
Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Ilmu Kelautan Universitas
Sriwijaya : Palembang.
Shaleh, Fukuh Rahmat. 2012. Laporan Praktikum Produktivitas Perairan.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor : Bogor.
No comments:
Post a Comment