I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Air
merupakan sumberdaya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu
dilindungi agar dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Beberapa gas-gas terlarut dalam suatu perairan memiliki kontribusi
atau peranan yang sangat penting bagi organisme hidup yang terkandung di
dalamnya, salah satunya adalah oksigen.
Oksigen
adalah salah satu unsur kimia penunjang utama kehidupan. Dalam air laut,
oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan untuk
menguraikan zat organik oleh mikro organisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu
perairan akan menyebabkan organisme dalam perairan tersebut tidak dapat hidup
dalam waktu yang lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga
kelestarian kehidupan dalam laut adalah dengan cara memantau kadar oksigen
dalam perairan tersebut (Hutagalung, dkk., 1985).
Oksigen
terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang sangat vital bagi
kehidupan organism perairan. Konsentrasi oksigen terlarut cenderung
berubah-ubah sesuai dengan keadaan atmosfer. Penurunan kadar oksigen terlarut
mempunyai dampak nyata terhadap makhluk hidup (Edward dan Pulumahuny, 2001).
Berdasarkan
hal tersebut di atas maka praktikum mengenai penentuan kadar oksigen terlarut
dalam air laut dianggap perlu untuk dilakukan.
B. Tujuan dan Kegunaan
Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini
diharapkan dapat melaksanakan penentuan kadar oksigen terlarut dalam air laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Oksigen Terlarut
DO adalah konsentrasi gas oksigen (O2)
yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut dapat berasal dari hasil fotosintesis
oleh fitoplankton dan tanaman air lain serta difusi dari udara. Suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfir dapat mempengaruhi kadar
oksigen terlarut di perairan (Effendi 2003 dalam
Fuquh, 2012).
Proses dekomposisi secara aerob
memerlukan oksigen secara terus menerus, sedangkan dekomposisi anaerob tidak
memerlukan oksigen. Kadar oksigen terlarut dapat berkurang menjadi nol (anaerob)
akibat proses dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik (Anggraini
2008 dalam Fuquh, 2012)
B. Sumber
Oksigen Terlarut Dalam Air Laut
Sumber utama oksigen terlarut dalam air
adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis organisme yang mempunyai
klorofil yang hidup di perairan. Kecepatan difusi oksigen dari udara ke dalam
air berlangsung sangat lambat, oleh sebab itu, fitoplankton merupakan sumber
utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan (Moriber, 1974 dalam Suswanto, 1989 dalam Edward, 2001).
C. Distribusi
Oksigen Terlarut
Menurut
Millero dan Sohn dalam buku Chemical
Oceanography mengatakan bahwa distribusi oksigen di lautan dapat dibedakan
menjadi empat yaitu:
1.
Difusi
oksigen dari atmosfer yang masuk ke lapisan permukaan perairan
2.
Di
permukaan dan di dasar perairan karena adanya produksi biologis dari proses
fotosintesis tumbuhan air.
3.
Di
seluruh perairan yang memungkinkan adanya penggunaan oksigen dalam aktivitas
biologis seperti proses respirasi dan oksidasi tumbuhan di perairan.
4.
Meningkatnya
oksigen di perairan dalam karena tenggelamnya air dingin yang kaya akan oksigen
dari permukaan.
D.
Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan
Oksigen
Kelarutan
oksigen dalam air dipengaruhi banyak faktor, antara lain adalah suhu, kadar
garam (salinitas), pergerakan air di permukaan, luas daerah permukaan perairan
yang terbuka, tekanan atmosfer, dan presentase oksigen di sekelilingnya
(Willoughby, 1978 dalam Edward,
2001).
Berkurangnya
kadar oksigen terlarut dalam air dapat disebabkan antara lain naiknya
temperature dan salinitas, proses respirasi organisme perairan, dan proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Pernapasan yang meningkat, yang
disebabkan meningkatnya jumlah karbon organic di dalam air, mengakibatkan
berubahnya jalur dan sumber oksigen. Di perairan laut, oksigen yang diperlukan
untuk pernapasan aerobik didapat dari oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen
ini biasanya berasal dari atmosfir dan diubah ke dalam karbondioksida yang
dibuang ke dalam massa air dan akhirnya ke atmosfir (Connel, 1995 dalam Edward, 2001).
E.
Metode Penentuan Kadar Oksigen Dalam Air
Laut
Berbagai cara dapat dilakukan untuk
menentukan kadar oksigen dalam air laut, misalnya dengan metode
mikrogasometrik, spektrometrik massa, kromatografi gas, metode WINKLER dan
lain-lain. Namun metode yang paling sering dipakai untuk menentukan kadar
oksigen dalam air laut adalah metode WINKLER (Carritt & Carpenter,
1966 dalam Hutagalung, 1985).
Penentuan kadar oksigen dalam air berdasarkan iodometri diperkenalkan oleh
WINKLER pada tahun 1888 (Murray, 1967 dalam
Hutagalung, 1985).
Beberapa tahun setelah metode WINKLER
diperkenalkan dan diterapkan, ternyata metode ini banyak mendapat gangguan
analisis. Hal ini menyebabkan para ahli berusaha menghilangkan gangguan-gangguan
tersebut dengan menyempurnakan/ memodifikasi metode WINKLER. Modifikasi pertama
diperkenalkan oleh Alsterberg pada tahun 1925 yang berhasil menghilangkan
gangguan garam-garam nitrit (NO2). Setelah itu timbul beberapa modifikasi,
yaitu modifikasi permanganat; flokulasi aluminium; dan flokulasi tembaga
sulfat-asam sulfamat. Dari bermacam-macam modifikasi ini, modifikasi yang
paling sering dipakai untuk menentukan kadar oksigen dalam air laut adalah
modifikasi Alsterberg.
F.
Standar Baku Mutu Oksigen Terlarut
Menurut Connel (1995) dalam Edward (2001), kadar oksigen yang
terlarut di dalam massa air nilainya adalah relative, biasanya berkisar antara
6 – 14 ppm (4,28 – 10 ml/l). Menurut Sutamihardja (1987) dalam Edward (2001) kadar oksigen di permukaan laut yang normal
berkisar antara 5,7 – 8,5 ppm (4,0 – 6,0 ml/l).
Pada
umumya kandungan oksigen sebesar 5 ppm dengan suhu air berkisar antara 20 – 30 0C
relative masih baik untuk kehidupan organisme laut khususnya ikan-ikan, bahkan
apabila dalam perairan tidak terdapat senyawa yang bersifat toksik (tidak
tercemar) kandungan oksigen sebesar 2 ppm sudah cukup untuk mendukung kehidupan
organism perairan (Rivai (1982) dalam Edward
(2001)).
III. METODE ANALISIS
A. Prinsip Analisi
Dalam menetukan atau mengukur gas Oksigen Terlarut suatu
perairan, maka prinsip analisis yang diguanakan yakni: Metode Winkler atau
titimetri dan dengan menggunakan DO-meter. Pada percobaan ini Prinsip analisis
yang akan digunakan yakni metode Winkler atau Titrasi dengan menggunakan
Larutan.
B. Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini di antaranya yaitu botol BOD 300 mL berfungsi
untuk menyimpan atau menampung air sampel, buret titrasi berfungsi untuk
menampung dan meneteskan Na-Thiosulfat dengan volume tertentu, pipet tetes,
berfungsi untuk mengambil atau memindahkan larutan dengan volume tertentu,
gelas ukur berfungsi untuk mengukur atau mentakar air atau larutan sesuai
dengan kebutuhan, dan Erlenmeyer 250 mL berfungsi untuk menampung larutan atau
bahan yang akan diamati atau ditentukan kadar oksigen terlarutnya.
Bahan yang digunakan yaitu larutan mangan
sulfat (MnSO4) berfungsi untuk mengikat oksigen, larutan
alkali-iodida-asida berfungsi untuk mengikat molekul iodium yang ekivalen
dengan oksigen terlarut, larutan asam sulfat pekat (H2SO4)
berfungsi untuk melarutkan endapan yang terbentuk dan membebaskan iodium yang
ekivalen dengan oksigen terlarut, larutan indicator amilum berfungsi untuk
membentuk kompleksitas dengan I2 yang member warna biru, dan larutan
natrium tio sulsat (Na-Tio Sulfat) 0,025 N berfungsi untuk mentitrasi larutan
standar.
C.
Prosedur Kerja
Masukkan
air contoh kedalam Botol Terang dengan perlahan, hindari gelembung
udara. Kemudian tutup botol tersebut dengan pelan-pelan. Selanjutnya membuka
tutup botol dan menambahkan 2 ml MnSO4.H2O,
2 ml alkali-iodida-asida dan
menutup kembali botol BOD dengan pelan-pelan. Setelah itu kocok dengan membolak balik sebanyak 15 kali.
Setelah selesai dikocok, kemudian diamkan
sampai terjadi endapan di dasar botol.
Selanjutnya menambahkan 2 ml H2SO4 dan dikocok lagi sampai semua endapan
yang ada menjadi larut. Kemudian
mengambil air laut atau sampel sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur
100 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Pada proses ini disahakan agar tidak terjadi
aerasi. Setelah itu dititrasi dengan Na Thiosulfat
0,025 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning tua ke kuning muda. Kemudian
tambahkan 5-8 tetes indikator amylum hingga terbentuk warna biru kemudian
dilanjutkan melakukan titrasi dengan Na Thiosulfat hingga tidak berwarna atau
bening.
D.
Perhitungan
Kadar
oksigen terlarut dalam air contoh dihitung dengan persamaan :
|
Keterangan :
A =
Volume Titrant Larutan Natrium Tio Sulfat (ml)
Vc
= Volume Contoh (ml) = 100 ml
N
= Kenormalan Larutan Natrium Tio Sulfat (0,025)
Vb
= volume botol BOD = 300 ml
6
= jumlah pereaksi yang digunakan (2 ml MnSO4.H2O + 2 ml
alkali iodide - asida + 2 ml H2SO4)
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil yang
diperoleh dari titrasi yang dilakukan yaitu 2,4 ml.
Diketahui :
A = 2,4
ml
N = 0,0025
Vc
= 1000
Vb
= 300
Oksigen
terlarut dalam mg/l =
=
4,7040 mg/l
Jadi jumlah oksigen terlarut yang
terkandung dalam perairan pelabuhan kayu bangkoa yaitu 4,7040 mg/l.
B.
Pembahasan
Oksigen
merupakan salah-satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang
terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta
semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut akan semakin kecil
(Jeffries dan Mills (1996) dalam Effendi (2003)).
Dari hasil
perhitungan diketahui bahwa jumlah kandngan oksigen terlarut dalam sampel yang
diambil di Pelabuhan Kayu Bangkoa yaitu 4,7040 mg/l. Menurut Odum, (1971) dalam
Anggriawan dkk, (2013) yang mengatakan bahwa
berdasarkan kandungan oksigen, perairan laut dapat dibagi menjadi empat
kategori yaitu tidak tercemar (> 6,5 mr/l), tercemar ringan (4,5 - 6,5 mg/l), tercemar bsedang (2,0
– 4,4 mg/l) dan tercemar berat (<2,0 mg/l).
Dari hasil
praktikum yang diperoleh di laboratorium menunjukan bahwa perairan disekitar
Peabuhan Kayubangkoa tergolong tercemar ringan karena mengandung oksigen
terlarut sebesar 4,7040 mg/l. Menurut Abel (1989) dalam Edward (2001)
ada beberapa hal yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut yaitu
banyak mengandung atau kaya akan karbon organik yang berasal dari berbagai
industry yang biasanya mengandung karbihidrat, protein, lemak, zat humus,
surfatkan dan sebagainya. Limbah organik ini dapat menurunkan kandungan oksigen
secara besar-besaran.Kelarutan
oksigen di dalam air juga terkait dengan suhu. Antara oksigen dengan suhu adalah
berbanding terbalik. Pada temperatur yang tinggi juga dapat meningkatkan
kehilangan oksigen karena penguapan. Jika suhu sangat tinggi, maka kelarutan
jumlah oksigen menurun, begitu juga sebaliknya (Boyd, 1990 dalam
Sutimin, 2005).
Kadar
oksigen dalam perairan laut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup organisme yang hidup di laut, contohnya yaitu ikan. Menurut Boyd
(1998) dalam Efendi (2003), pada kadar oksigen 1,0 – 5,0 mg/L ikan dapat
bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya akan terganggu. Oleh karena itu dapat
kita simpulkan bahwa di perairan Pelabuhan Kayubangkoa ikan organism laut
khususnya ikan yang hidup dapat mentolerir kadar oksigen tersebut, tetapi laju
pertumbuhannya terganggu atau terhambat.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melakukan
praktikum ini, mahasiswa telah melaksanakan praktikum penentuan kadar oksigen
terlarut denagn prinsip penentuan titrasi dengan
menggunakan Larutan atau metode WELKER dan diperoleh hasil jumlah oksigen terlarut yang terkandung
dalam perairan pelabuhan kayu bangkoa yaitu 4,704 mg/l.
Menurut Odum,
(1971) dalam Anggriawan dkk, (2013) yang mengatakan bahwa berdasarkan kandungan oksigen, perairan laut
dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu tidak tercemar (> 6,5 mr/l),
tercemar ringan (4,5 - 6,5 mg/l),
tercemar bsedang (2,0 – 4,4 mg/l) dan tercemar berat (<2,0 mg/l).
B. Saran
Saran saya yaitu dalam praktikum
selanjutnya alat-alat dan bahan-bahan yang digunakaN diperbanyak agar proses praktikum berjalan
dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anggriawan, dkk. 2013. Kadar Oksigen di Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.(Jurnal)
Unpad : Bandung.
Fuquh,
R.S., dkk. 2012. Produktivitas Perairan.
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor :
Edward dan Pulumary, FS. 2003. Kadar Oksigen di Perairan Raha
Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. (Jurnal). Pusat
Penilitian Oceanografi, LIPI. Jakarta.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius : Yogyakarta
Hutagalung,
Horas P. 1985. Beberapa Catatan Tentang Penentuan Kadar Oksigen Dalam Air Laut
Berdasarkan Metode Winkler. (Jurnal) LIPI : Jakarta
Manoarfa, Winarni. 2002. Dampak Pembangunan Bagi Kualitas Air Di Kawasan
Pesisir Pantai Losari, Makassar.
(Skripsi) Fakultas
Ilme Kelautan dan Perikanan, Unhas : Makassar.
Sutimin. 2005. Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut
Pada Ekosistem Perairan Danau. Jurusan Matematika, FMIPA
Universitas Diponegoro : Semarang.
Millero,
Frank J. and Sohn, Mary L. 1992. Chemical
Oceanography. CRC Press Boca Raton Ann Arbor. London :
Samawi,
Farid. 2014. Penuntun Praktikum Penentuan
Kadar Oksigen Terlarut Dalam Air Laut. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Univrersitas Hasanuddin. Makassar:
http://directory.ung.ac.id/bei/lingkungan/winarni.pdf
No comments:
Post a Comment