I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Aktivitas
manusia dalam memanfaatkan kawasan pesisir seringkali menghasilkan limbah bahan
pencemar yang dapat membahayakan kehidupan perairan laut dan secara khusus
dapat menganggu perkembangan komunitas jenis kerang-kerangan. Semakin
bertambahnya aktivitas manusia di berbagai sektor kehidupan mengakibatkan tekanan
lingkungan terhadap perairan semakin meningkat karena masuknya limbah dari
berbagai kegiatan di kawasan-kawasan yang telah terbangun di wilayah pesisir
tersebut, sehingga pada suatu saat dapat melampaui keseimbangan air laut yang
mengakibatkan sistem perairan menjadi tercemar (Idris, 2001).
Pencemaran
logam Kadmium (Cd) di sekitar sungai Jinzu kota Toyama bagian Barat Jepang
menyebabkan kejadian penyakit itai-itai yang ditandai oleh perlunakan tulang (osteomalacia),
perapuhan tulang (osteoporosis) yang disertai dengan kerusakan ginjal. Keracunan
akibat logam Kadmium yang bersifat kronis terjadi dalam periode waktu yang
sangat panjang. Logam Kadmium masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil, tetapi
dengan proses pemajanan terus-menerus dan lama akan terakumulasi di dalam tubuh
sampai mencapai kadar tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Keracunan kronis Kadmium menyebabkan kerusakan antara lain pada sistem urinaria
(ginjal), respirasi (pernafasan/paru-paru), sirkulasi darah dan jantung serta
dapat merusak kelenjar reproduksi, sistem penciuman, dan kerapuhan tulang (Purnomo dan Purwana, 2008).
Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum uji toksitas akut logam Kadmium (CdCl2) terhadap ikan Amphiprion
sp. untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh logam tersebut terhadap
ikan Amphiprion
sp.
B.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
logam terhadap ikan Amphiprion sp.
Kegunaan dari
praktikum ini agar Praktikan dapat mengetahui bahaya dan dampak dari logam Kadmium
(CdCl2) terhadap organisme perairan.
C. Ruang
Lingkup
Praktikum ini mencakup pembuatan larutan stok untuk
perlakuan dengan salinitas dan konsentrasi Kadmium klorida (CdCl2) pengukuran
parameter berupa pH, salinitas, dan suhu. Pengamatan tingkah laku ikan secara
bertahap setiap 24 jam, pengamatan kondisi secara morfologi dan anatomi ikan Amphiprion sp. yang mati pada saat
perlakuan, serta melakukan pengukuran oksigen terlarut (DO) sebelum dan setelah
perlakuan.
A.
Sumber dan Pencemaran Cadmium
Logam kadmium mempunyai penyebaran
sangat luas di alam, hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu
greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite
(ZnS). Mineral greennockite ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam
eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa
peleburan biji – biji seng (Zn). Biasanya pada konsentrat biji Zn didapatkan
0,2 sampai 0,3 % logam Cd. Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan biji
- biji logam Pb (timah hitam) dan Cu (tembaga).
Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi dari
logam tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn.
Dalam lingkungan, menurut Clark (1986),
sumber kadmium yang masuk ke perairan berasal dari:
1) Uap, debu dan limbah dari
pertambangan timah dan seng.
2) Air bilasan dari elektroplating.
3) Besi, tembaga dan industri logam
non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang
mengandung kadmium.
4) Seng yang digunakan untuk melapisi
logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses
korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.
5) Pupuk phosfat dan endapan sampah
Sumber kadmium terutama dari biji
seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari
makanan dan lingkungan perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat.
Kontaminasi makanan dan lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas
manusia didarat maupun pada perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada suatu
jaringan organisme serta sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal dari
pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai
pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy dan baterai
alkali.
Bahan bakar dan minyak pelumas
mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batu bara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk
superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari
industri dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam
perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir
dan selanjutnya jatuh masuk ke laut (Wardhana, 2004).
Logam
berat Cd, Pb dan Hg membahayakan kesehatan melalui rantai makanan.Hewan dengan
mudah menyerap kadmium, timbal maupun merkuri dari makanan; dan terakumulasi
dalam jaringan seperti ginjal, hati dan alat-alat reproduksi (Kostnett, 2007).
Sedangkan
menurut Wisnu (2001), logam berat Cd, Pb dan Hg diabsorbsi dalam bentuk ion-ion
Cd,Pb dan Hg terlarut. Pada lingkungan akuatik, suatu kontaminan masuk ke dalam
jaringan organisme autotrof dengan cara absorbsi langsung. Pada ikan,
kontaminan dapat masuk melintasi barier biologik yang memisahkan medium
internal organisme dari lingkungan sekitarnya dengan cara absorbsi langsung
maupun tidak langsung.Proses absorbsi langsung tergantung pada tempat
persentuhannya. Di dalam tubuh ikan persentuhan terutama melalui insang (branchia) yakni pada epithelium branchiale. Sementara itu
yang masuk secara tidak langsung melewati jalur tropik berlangsung melalui mikrovili permukaan intestinum (Soemirat 2005).
Kadmium
(Cd), Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) serta logam berat lainnya bersifat
bioakumulatif, biomagnifikasi (Biological
Magnification), toksik dan karsinogenik; sehingga pajanan (exposure) logam berat di lingkungan
dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhluk hidup yang berada di lingkungan
tersebut,sehingga apabila mencapai konsentrasi toksik dapat meracuni semua
komponen biotik (hewan, tumbuhan, maupun manusia) dan melalui rantai makanan
terjadi pelipat gandaan kandungan bahan pencemar oleh organisme pada struktur
tropik yang lebih tinggi. Adapun sifat karsinogenik menyebabkan logam ini
berpotensi menimbulkan kanker pada berbagai organ makhluk hidup. Polutan Cd, Pb
dan Hg dapat mencemari lingkungan perairan, udara maupun tanah, namun kontaminan
tersebut pada akhirnya berujung di air, maka lingkungan air menjadi perhatian
tertinggi di dalam monitoring lingkungan. Di perairan sungai Cd, Pb dan Hg
dapat terakumulasi di sedimen, di air maupun pada biota sungai (Wardhana, 2004).
Ketoksikan
akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis
tunggal. Jadi yang dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang
dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan
coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah
perlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja. Data kuantitatif uji
toksisitas akut dapat diperoleh melalui 2 cara, yaitu dosis letal tengah (LD50)
dan dosis toksik tengah (TD50). Namun yang paling sering digunakan
adalah dengan metode LD50) (Sulastry, 2009). Ada berbagai metode perhitungan LD50
yang umum digunakan antara lain metode
Miller–Tainter, metode Reed–Muench, dan metode Karber. Dalam metode Miller–Tainter
digunakan kertas grafik khusus yaitu kertas logaritma – probit yang memiliki skala logaritmik sebagai absis
dan skala probit (skala ini tidak linier) sebagai ordinat. Pada kertas ini
dibuat grafik antara persen mortalitas terhadap logaritma dosis. Metode Reed–Muench
didasarkan pada nilai kumulatif jumlah hewan yang hidup dan jumlah hewan yang
mati. Diasumsikan bahwa hewan yang mati dengan dosis tertentu akan mati dengan
dosis yang lebih besar, dan hewan yang hidup akan hidup dengan dosis yang lebih
kecil. Metode Karber prinsipnya menggunakan rataan interval jumlah kematian
dalam masing - masing kelompok hewan dan selisih dosis pada interval yang sama
(Andreanus dkk, 2002).
Praktikum
aklimasi dilaksanakan pada hari Senin-Rabu, 4-6 Mei 2015 pukul 11:00–13:00
Wita. Bertempat di Laboratorium Penangkaran Dan
Rehabilitasi Ekosistem Laut,
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Praktikum pembuatan larutan stok dilaksanakan
pada hari Rabu, 6 Mei 2015 pukul 11:00 – 13:00 Wita. Bertempat di Laboratorium Oseanografi
Kimia, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Praktikum pengamatan dan pengukuran
parameter dilaksanakan pada hari Rabu-Minggu, 6–10 Mei 2015 pukul 14:00–16:00
Wita. Bertempat di Laboratorium Ekotoksikologi Laut, Jurusan Ilmu Kelautan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum:
Alat yang digunakan diantaranya
aquarium digunakan sebagai wadah untuk menyimpan ikan, gayung digunakan untuk
memindahkan air dari satu wadah ke wadah yang lain, seser digunakan untuk
memindahkan ikan, ember digunakan untuk mengangkat air.
Bahan yang digunakan yaitu aquades
digunakan untuk mencampur larutan, air laut digunakan sebagai media uji, dan
ikan Amphiprion sp. digunakan sebagai
hewan uji.
Bahan yang digunakan yaitu air laut
digunakan sebagai media untuk perlakuan ikan, Kadmium klorida (CdCl2)
digunakan sebagai bahan uji, aquades digunakan untuk melarutkan logam.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya,
salinometer digunakan untuk mengukur kadar garam air laut, Thermometer digunakan untuk
mengukur suhu air laut, pH meter digunakan untuk mengukur pH air laut, kamera
digunakan untuk mendokumentasikan hasil pengamatan.
Bahan Aquades
digunakan untuk mengencerkan larutan dan membersihkan peralatan, Tissue roll digunakan untuk membersihkan dan mengeringkan
peralatan, sabun cuci digunakan untuk membersihkan peralatan.
Proses aklimasi dilakukan dengan
mempersiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang digunakan, kemudian melakukan
pengukuran salinitas air laut, selanjutnya untuk mendapatkan salinitas yang
diharapkan yaitu 17 ppt, nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus pengenceran.
Setelah mendapatkan hasil, barulah melakukan pengenceran terhadap air laut
dengan menggunakan aquades sampai mendapatkan salinitas yang diinginkan.
Selanjutnya memasukkan ikan Amphiprion
sp. ke dalam aquarium yang berisi air laut yang sudah diencerkan secara
perlahan–lahan untuk melakukan penyesuaian media baru untuk ikan Amphiprion sp.
Pertama – tama menimbang Kadmium
Klorida (CdCl2) sebanyak 0.6 gram, selanjutnya melarutkan Kadmium
Klorida (CdCl2) ke dalam gelas ukur dengan menggunakan aquades
secukupnya. Kemudian memasukkan larutan Kadmium Klorida (CdCl2) ke
dalam labu ukur 1000 mL. lalu memasukkan air laut yang sudah diencerkan ke dalam
labu ukur, kemudian mengocok labu ukur hingga larutan Kadmium Klorida (CdCl2)
dan air laut tercampur rata. Selanjutnya mencampur larutan Kadmium Klorida
(CdCl2) ke dalam larutan stok.
Selanjutnya membuat persiapan wadah
berupa toples dengan menuangkan air laut yang dicampur dengan larutan stok
dengan konsentrasi larutan Kadmium Klorida (CdCl2) yang berbeda ke
dalam toples, selanjutnya memberikan aerasi pada setiap toples sebagai suplai
oksigen. Setelah 10 menit pemberian aerasi, selanjutnya memasukkan ikan Amphiprion sp. ke dalam toples dengan
konsentrasi tertentu.
Pengamatan hewan uji
dilakukan dengan mengamati tingkah laku hewan uji selama perlakuan berlangsung,
serta membersihkan kotoran ikan Amphiprion
sp. dalam wadah secara berkala, selanjutnya melakukan pengukuran parameter air
berupa suhu, salinitas, dan pH. Secara berkala, setiap 24 jam selama 5 hari perlakuan
berlangsung, selanjutnya mencatat hasil yang diamati dan melakukan kontrol
secara berkala.
1. % Mortalitas Total
% Mortalitas Total =
x 100%
2.
Persamaan
Regresi
Y = ax
+ b
Salinitas
|
Konsentrasi
CdCl2
(Mg/L)
|
24 Jam
|
Tingkah Laku
|
|||||||
1
|
2
|
|||||||||
DO
|
oC
|
ppt
|
pH
|
DO
|
oC
|
ppt
|
pH
|
|||
17 ppt
|
0
|
3,1
|
26
|
19
|
10,6
|
26
|
19
|
10,5
|
Aktif
|
|
20
|
3,1
|
26
|
19
|
10,5
|
26
|
19
|
10,6
|
Aktif
|
||
40
|
3,1
|
26
|
19
|
10,9
|
26
|
20
|
10,9
|
Aktif
|
||
80
|
3,1
|
26
|
20
|
10,9
|
26
|
20
|
10,9
|
Aktif
|
||
37 ppt
|
0
|
3,1
|
23
|
38
|
10,5
|
23
|
38
|
10,1
|
Aktif
|
|
20
|
3,1
|
23
|
39
|
10,2
|
23
|
39
|
10,1
|
Pasif
|
||
40
|
3,1
|
23
|
39
|
10,1
|
-
|
-
|
-
|
Pasif
|
||
80
|
3,1
|
23
|
38
|
10,2
|
23
|
39
|
10,5
|
Aktif
|
Salinitas
|
Konsentrasi
CdCl2
(Mg/L)
|
48 Jam
|
Tingkah Laku
|
|||||||
1
|
2
|
|||||||||
DO
|
0C
|
ppt
|
pH
|
DO
|
0C
|
ppt
|
pH
|
|||
17 ppt
|
0
|
26
|
17
|
9,7
|
26
|
17
|
10,5
|
Aktif
|
||
20
|
26,1
|
17
|
10,6
|
26
|
17
|
10,7
|
Aktif
|
|||
40
|
26
|
17
|
10,9
|
26
|
17
|
10,8
|
Aktif
|
|||
80
|
26
|
17
|
11
|
26
|
17
|
10,9
|
Aktif
|
|||
37 ppt
|
0
|
23
|
37
|
11,3
|
23
|
37
|
11,3
|
Aktif
|
||
20
|
24
|
37
|
11,2
|
24
|
37
|
11,2
|
Aktif
|
|||
40
|
24
|
38
|
11,1
|
-
|
-
|
-
|
Aktif
|
|||
80
|
26
|
37
|
9,7
|
25
|
37
|
11,6
|
Aktif
|
Salinitas
|
Konsentrasi
CdCl2
(Mg/L)
|
72 Jam
|
Tingkah Laku
|
|||||||
1
|
2
|
|||||||||
DO
|
0C
|
ppt
|
pH
|
DO
|
0C
|
ppt
|
pH
|
|||
17 ppt
|
0
|
26
|
19
|
10,6
|
26
|
19
|
10,5
|
Aktif
|
||
20
|
26
|
19
|
10,5
|
26
|
19
|
10,6
|
Aktif
|
|||
40
|
26
|
19
|
10,9
|
26
|
20
|
10,9
|
Aktif
|
|||
80
|
26
|
20
|
10,9
|
26
|
20
|
10,9
|
Aktif
|
|||
37 ppt
|
0
|
23
|
38
|
10,5
|
23
|
38
|
10,1
|
Aktif
|
||
20
|
23
|
39
|
10,2
|
23
|
39
|
10,1
|
Pasif
|
|||
40
|
23
|
39
|
10,1
|
-
|
-
|
-
|
Pasif
|
|||
80
|
23
|
38
|
10,2
|
23
|
39
|
10,5
|
Aktif
|
Salinitas
|
Konsentrasi
CdCl2
(Mg/L)
|
96 jam
|
Tingkah Laku
|
|||||||
1
|
2
|
|||||||||
DO
|
0C
|
ppt
|
pH
|
DO
|
0C
|
ppt
|
pH
|
|||
17 ppt
|
0
|
26
|
18
|
11,6
|
27
|
18
|
11,6
|
Aktif
|
||
20
|
26
|
18
|
11,5
|
27
|
17
|
11,5
|
Aktif
|
|||
40
|
26
|
17
|
11,5
|
27
|
17
|
11,6
|
Pasif
|
|||
80
|
26
|
17
|
11,5
|
27
|
17
|
11,6
|
Aktif
|
|||
37 ppt
|
0
|
26
|
37
|
10,8
|
26
|
37
|
10,8
|
Aktif
|
||
20
|
26
|
38
|
11,3
|
26
|
30
|
11,3
|
Pasif
|
|||
40
|
26
|
38
|
11,4
|
-
|
-
|
-
|
Pasif
|
|||
80
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Salinitas
|
Konsentrasi
CdCl2
(Mg/L)
|
Mortalitas
|
Mortalitas Total
|
LC50
(Mg/L)
|
|||||||
24 J
|
48 J
|
72 J
|
96 J
|
||||||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||||
17 ppt
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
10%
|
54,81
|
20
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
20%
|
||
40
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
3
|
1
|
0
|
70%
|
||
80
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
40%
|
||
37 ppt
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0%
|
36
|
20
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
20%
|
||
40
|
0
|
5
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
70%
|
||
80
|
0
|
2
|
4
|
2
|
1
|
1
|
0
|
0
|
100%
|
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, terdapat perubahan parameter berupa suhu, pH,
dan salinitas yang dikontrol secara bertahap selama perlakuan berlangsung, dari
ketiga parameter yang diukur, perubahan parameter yang paling fluktuatif yaitu
salinitas. Perubahan yang terjadi sebanyak 2 ppt.
Untuk
hewan uji yang diamati secara bertahap, terjadi perubahan tingkah laku ikan Amphiprion sp. dari setiap konsentrasi
logam Kadmium klorida (CdCl2) yang diberikan. Terjadi perubahan
tingkah laku secara cepat pada ikan Amphiprion
sp. dengan konsentrasi logam Kadmium klorida (CdCl2) 40
mg/L. ikan Amphiprion sp. pada konsentrasi tersebut mengalami perubahan
tingkah laku dari pergerakan aktif ke pergerakan pasif, dan secara bertahap
ikan Amphiprion sp. tersebut mengalami kematian pada waktu 24 jam
perlakuan dan mengalami perubahan secara morfologi berupa warna tubuh yang
memudar dan kondisi sirip yang patah. Soemirat (2003) menjelaskan bahwa Toksikan
dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam bentuk perubahan struktur maupun
fungsional, baik secara akut maupun kronis/sub kronis. Efek tersebut dapat
bersifat reversibel sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat
irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali.
Pada
tabel hasil pengukuran mortalitas hewan uji, ikan Amphiprion sp. didapatkan
hasil tertinggi untuk nilai mortalitas total yaitu pada salinitas 17 ppt, tepatnya pada konsentrasi
40 mg/L dengan nilai mortalitas total 70% dan nilai LC50 54,81 mg/L, sedangkan nilai
mortalitas tertinggi pada salinitas 37 ppt terdapat pada konsentrasi 80 mg/L
dengan nilai mortalitas total 100% dan nilai LC50 36 mg/L.
Menurut Soemirat (2003) Toksisitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan,
konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan
spesies biota penerima. Toksikan merupakan zat (berdiri sendiri atau dalam
campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat menghasilkan efek negatif bagi
semua atau sebagian dari tingkat organisasi biologis (populasi, individu,
organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi biologis.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari praktikum
uji toksisitas akut logam Kadmium klorida (CdCl2) terhadap ikan Amphiprion sp., maka dapat disimpulkan
bahwa paparan logam Kadmium klorida (CdCl2) sangat berdampak
terhadap ikan Amphiprion sp. sebagai
hewan uji, hal tersebut terbukti dengan perubahan yang terjadi pada hewan uji
baik dari segi tingkah laku, morfologi bahkan mengakibatkan kematian secara
bertahap dari beberapa konsentrasi logam Kadmium klorida (CdCl2)
yang diberikan.
Untuk nilai mortalitas total tertinggi terdapat pada salinitas 17 ppt, tepatnya pada konsentrasi
40 mg/L dengan nilai mortalitas total 70% dan nilai LC50 54,81 mg/L, sedangkan nilai
mortalitas tertinggi pada salinitas 37 ppt terdapat pada konsentrasi 80 mg/L
dengan nilai mortalitas total 100% dan nilai LC50 36 mg/L.
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, hewan uji yang
digunakan dari jenis lain, supaya tidak terlalu monoton dengan hewan uji yang
selalu digunakan. Karena jika setiap praktikum hewan uji dan bahan ujinya sama,
tidak menghasilkan informasi yang baru.
Andreanus A. Soemardji, dan Endang K., Cucu A. 2002. Toksisitas Akut dan Penentuan DL50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa
(Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster.
Departemen Farmasi FMIPA ITB, Bandung.
Clark, R. B.
1986. Marine Pollution. Claredon Press. Oxford.
Sulastry, F. 2009. Uji
Toksisitas Akut Yang Diukur Dengan Penentuan Ld50 Ekstrak Daun Pegagan (Centella
Asiatica (L.) Urban) Terhadap Mencit Balb/C. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kosnett M.J. 2007. Heavy
metal intoxication & chelators. In Katzung B.G.(ed): Basic & Clinical
Pharmacology,10th Ed (International Ed), Boston, New York: Mc Graw Hill. P.
970-981.
Soemirat S. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Soemirat S. 2005. Kesehatan
Lingkungan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Wardhana, W.A., 2004. Dampak
Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi, Penerbit And, Yogyakarta.
Wisnu. 2001. Dampak
pencemaran lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta
Gambar
1. Wadah Perlakuan ikan Amphiprion
sp.
Gambar
2. Kontrol Parameter
Gambar 3.
Perbedaan ikan Amphiprion sp. yang
terpapar dan tidak terpapar
Gambar 4. Perlakuan terhadap logam
Kadmium