Beberapa Fenomena
Tragedi Kepemilikan Bersama Yang Terjadi di Indonesia
A.
Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Indikator umum yang digunakan dalam menilai
tingkat kemajuan suatu negara atau wilayah adalah pertumbuhan ekonomi.
Idealnya, saat pertumbuhan ekonomi terjadi, lingkungan tetap lestari. Kenyataan
yang terjadi sering tidak seimbang, disaat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi,
kerusakan lingkungan juga tinggi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi
diraih dengan mengandalkan eksploitasi sumberdaya alam tanpa mengupayakan nilai
tambah dan tidak dibarengi dengan investasi sumberdaya manusia. Terjadilah kemudian tragedi kepemilikan bersama. Tragedi kepemilikan
bersama merupakan perangkap sosial yang biasanya berkaitan dengan masalah
ekonomi yang menyangkut konflik antara kepentingan individu dengan barang milik
umum.
Tragedi kepemilikan
bersama merupakan metafora yang menggambarkan bahwa akses
bebas dan ketidakterbatasan akan sumberdaya alam pada akhirnya akan menyebabkan
malapetaka struktural yang tidak terelakkan terhadap sumberdaya tersebut berupa
eksploitasi berlebihan (over-exploitation) yang menyebabkan habisnya
sumberdaya tersebut. Malapetaka tersebut terjadi karena keuntungan dari
ekploitasi hanya dinikmati oleh individu atau kelompok, sedangkan dampak dari
eksploitasi akan terdistribusi ke semua orang yang juga memerlukan sumberdaya
tersebut.
Tragedi kepemilikan bersama memiliki implikasi terhadap
penggunaan sumber daya dan keberlanjutan. Penipisan sumber daya tidak
terbarukan ini adalah contoh dari Tragedy commons in actions.Sumber daya tak
terbarukan seperti air, sering digunakan seolah-olah pasokan tidak terbatas.
Demikian pula, ketergantungan pada bahan bakar fosil tidak hanya tidak
berkelanjutan namun juga dapat merusak lingkungan. Hal tersebut lah yang
menjelaskan bagaimana tragedi kepemilikan bersama itu terjadi (Kompasiana.com
November 2017).
Selain kasus di atas yang menjadi urgent juga adalah pada
sumberdaya perikanan dengan contoh kasus ikan terbang yang mulai merosot
populasinya, Berkurangnya daerah ini disebabkan stok ikan terbang telah merosot
akibat penangkapan berlebihan sehingga sebagian nelayan di beberapa kabupaten
menghentikan usaha penangkapan ikan terbang dan beralih ke usaha lain,"
kata guru besar dalam Bidang Manajemen dan Konservasi Sumberdaya Perikanan
tersebut pada acara yang juga dihadiri Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Sudirman Saad, SH, MHum
(Antaranews.com)
Pembuangan limbah ke air seperti kimia, radioaktif, sampah rumah
tangga, dan ke udara seperti sisa pembakaran, aerosol, dan lain-lain
dapat menyebabkan polusi pada lingkungan. Manusia
berpikir bahwa limbah yang mereka buang hanya sedikit dibandingkan luas alam
yang mereka tempati dan nantinya limbah tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Pemikiran semacam ini akan menyebabkan penumpukan limbah yang akan menyebabkan
polusi. Polusi akan menyebabkan kerugian pada populasi sedangkan populasi pun
juga terkait dengan polusi yang dihasilkan. Sehingga semakin padat populasi
maka limbah buangan yang dihasilkan akan semakin banyak.
Pada kasus lain, Tragedy of the Common
diperlihatkan pada permasalahan polusi, seperti limbah, bahan-bahan kimia,
radioaktif, dan limbah panas yang masuk ke perairan; gas beracun dan asap
berbahaya yang mencemari udara; dan mengacaukan serta menghalangi rambu-rambu
dari pandangan. Perhitungan manusia secara rasional bahwa biaya limbah jika
dibuang ke area milik bersama (common) adalah lebih rendah daripada biaya
pengolahan limbah sebelum dibuang. Salah satu kasus yang menjadi tranding topik
baru-baru ini yaitu tumpahan minyak di perairan Kota Balikpapan Kalimantan
Timur. Minggu kemarin, satwa endemik Balikpapan, ikan Pesut
ditemukan mati dengan kondisi mengenaskan di pantai. Kulitnya terkelupas dan
usunya terburai. Diduga mamalia mamalia laut tersebut mati akibat pencemaran
minyak. "Dilihat dari kondisi fisik pesut ini, dugaan kuat kita mati
karena terpapar minyak di laut Balikpapan," kata Koordinator Koalisi
Masyarakat Peduli Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan, Husain, dikonfirmasi
merdeka.com.
Temuan satwa mamalia mati di tengah paparan
minyak sampai hari ini di laut Balikpapan, menguatkan argumen pegiat satwa
bahwa laut benar-benar tercemar.
C. Kependudukan
Tragedy of the Common melibatkan
masalah populasi penduduk pada sisi yang lain. Banyak anak-anak dari sebuah
keluarga tidak diperhatikan,dimana orang tua yang memeliharanya begitu gembira
apabila mempunyai keturunan-keturunan (anak-cucu) yang lebih sedikit, tidak
lebih, karena mereka tidak mampu untuk mendidik secukupnya. Jika setiap
keluarga tergantung hanya pada sumberdaya; jika anak-anak dari orang tua
pemboros menderita dan menuju kematian; jika demikian, pemeliharaan dengan cara
berlebihan (boros) akan membawa “hukuman” nya ke penyakit karena kekurangan
sumberdaya kemudian tidak akan ada keinginan masyarakat luas untuk mengontrol
keluarga-keluarga seperti itu. Tetapi masyarakat kita begitu dalam komitmennya
untuk kemakmuran Negara, dan oleh sebab itu tragedy of the common dihadapkan
dengan aspek lainnya.
Untuk masalah ledakan penduduk di Indonesia sendiri telah
dijelaskan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengakui laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
masih tinggi. Sampai saat ini, laju pertumbuhan penduduk masih mencapai 1,49
persen atau sekitar empat juta per tahun.
sedangkan idealnya harusnya 2 juta pertahun (Kompasiana.com). Hal tersebut
menjadi salah satu factor yang menyebabkan keterbatasan sumberdaya dan persaingan
pekerjaan pada dunia kerja seperti gambaran jumlah pengangguran pada grafik
dibawah menunjukkan bahwa masih tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Adapun informasi mengenai jumlah penduduk di Indonesia Jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa
menurut data resmi sensus penduduk
2010
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Sementara data lain
menyebutkan, jumlah
penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857.
Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan. Data
ini dikeluarkan oleh Departemen Dalam Negeri.
Penduduk
dunia saat ini berjumlah 7,6 miliar. Angka ini
diperkirakan akan menanjak hingga 9,8 miliar pada tahun 2050. Demikian laporan
Departemen Populasi Divis Urusan Sosial dan Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) pada Juni 2017.Populasi dunia sekitar 7,6 miliar saat ini, dikalkulasi
akan meningkat menjadi 8,6 miliar pada tahun 2030, lalu 9,8 miliar tahun 2050,
dan pada tahun 2100 akan menembus 11,2 miliar. (tumoutounews.com).
Sumber:
tumoutounews.com
Pada
gambar di atas menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke-4 dan memiliki
ledakan populasi yang tinggi, jika dilihat dari jumlah penduduk yang tidak
sebanding dengan luas negaranya.
D.
Kemacetan Lalu Lintas
Kota Bogor
menjadi salah satu pilihan tempat tinggal dan kegiatan bisnis penyokong yang
terus tumbuh karena letaknya berdampingan dengan Ibu Kota Jakarta. Seiring
dengan itu, jumlah kendaraan yang beredar di wilayah Kota Bogor terus
meningkat, sedangkan sarana penunjang seperti kapasitas jalan belum ada
peningkatan signifikan. Menurut Dolsak dan Ostrom (2003), jalan umum adalah
sumberdaya yang termasuk common pool resources (CPRs), yang memungkinkan
terjadinya pemanfaatan berlebih oleh pengguna sehingga menimbulkan kerusakan
fisik jalan dan terganggunya kepentingan bersama. Berdasarkan fungsinya, jalan
umum diklasifikasikan menjadi jalan arteri, kolektor, lokal, dan jalan
lingkungan. Hasil analisis tingkat pelayanan jalan menyatakan bahwa dari
ketujuh titik jalan arteri di Kota Bogor yang diamati secara umum tergolong
pada kategori C sampai F. Hal tersebut diproyeksikan sampai tahun 2017 dengan
beberapa asumsi, dan menunjukkan tren yang semakin buruk. Keadaan demikian akan
mengakibatkan adanya kerugian ekonomi dan menurunnya kualitas hidup akibat
kemacetan lalu lintas. Berkurangnya hak atau kenyamanan pengguna untuk menikmati
suatu fasilitas umum atau CPRs disebut the tragedy of the common. Perlu adanya
peningkatan tingkat pelayanan jalan arteri di Kota Bogor agar pemanfaatan jalan
sebagai common pool resources (CPRs) tidak terjadi the tragedy of the common
(ToC) dalam pemanfaatannya. Salah satu caranya dengan penyesuaian kapasitas
jalan arteri oleh stakeholder. Kemacetan lalu lintas telah merugikan
perekonomian pelaku jasa transportasi umum di Kota Bogor. Selain itu,
pencemaran gas karbon (COx) di udara hasil pembakaran dari mesin kendaraan yang
terkena kemacetan lalu lintas di Kota Bogor juga merugikan banyak pihak (Gusman
et al., 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Dolsak, N., and
E. Ostrom, editors. 2003. The commons in the new millennium. MIT Press,
Cambridge, Massachusetts, USA.
Gusman, Hidayat,
Y., Ismail, A., dan Ahyar. 2014. Analisis Pemanfaatan Jalan Untuk Mengatasi The
Tragedy of the Commin: Kasus Jalan Arteri di Kota Bogor. Institut Pertanian
Bogor. Bogor (diakses pada tanggal 29 April 2018 di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/73555).
Kebijakan
Islam Dalam Pengelolaan Kepemilikan Umum.(diakses pada tanggal 29 April 2018
di http://yusufwibisono.multiply.com/journal/item/8)
Kompasiana.com
September 2016 "Kepala BKKBN: Laju Pertumbuhan Penduduk 4 Juta Per Tahun,
Idealnya 2 juta “. (diakses pada tanggal 29 April 2018 di https://regional.kompas.com/read/2016/09/26/11312561/kepala.bkkbn.laju.pertumbuhan.penduduk.4.juta.per.tahun.idealnya.2.juta.)
Kompasiana.com
November 2017 (diakses pada tanggal 27 April 2018 di https://www.kompasiana.com/ichaasfariiiinaaa/5a165715ca269b773a080d53/tragedi-kepemilikan-bersama-garret-hardin-the-tragedy-of-the-commons )
http://blogpki.blogspot.co.id/2013/07/hubungan-kependudukan-dengan.html (diakses pada tanggal 29 April
2018).
https://makassar.antaranews.com/berita/24015/pakai-bale-bale-stok-ikan-terbang-merosot (diakses pada tanggal 27
April 2018)
http://ariwahyudi.web.id/jumlah-penduduk-indonesia/ (diakses pada tanggal 27
April 2018)
https://tumoutounews.com/2017/08/25/download-jumlah-penduduk-dunia-tahun-2017/ (diakses pada tanggal 27
April 2018)
https://www.merdeka.com/peristiwa/dampak-parah-tumpahan-minyak-di-teluk balikpapan.html(diakses pada
tanggal 27 April 2018)
No comments:
Post a Comment