Iklan

Thursday, February 6, 2020

FILSAFAT ILMU PERIKANAN


PELANGGARAN ETIKA DAN MORAL PADA ABLASI MATA UDANG

PENDAHULUAN
Usaha budidaya udang di Indonesia telah berkembang sejak lama dengan komoditas utama udang windu (Penaeus monodon), yang berkembang sangat pesat dengan menerapkan tehnologi intensif sampai dekade 2000-an. Peningkatan produksi yang sangat tinggi dalam upaya memenuhi permintaan pasar ekspor, berdampak kepada meningkatnya permintaan benih udang, sehingga produksi benih udang harus dilakukan secara intensif. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi benih udang adalah dengan melakukan ablasi untuk mempercepat kematangan gonad. Ablasi adalah proses pemotongan tangkai mata udang yang terdapat organ X sebagai penghasil hormon perkembangan dan pematangan gonad (Gonade Inhibiting Hormone/GIH) serta penghambat pergantian kulit (Moulty Inhibiting Hormone/MIH). Jika organ X sudah tidak ada maka organ Y yang terletak di kepala dapat menghasilkan hormon perangsang pembentukan gonad (Gonade Stimulating Hormone/GSH) sehingga proses pematangan gonad dapat berlangsung cepat.
Saat ini teknik ablasi mata sudah umum digunakan di Indonesia, namun penggunaan teknik ini ditantang oleh kelompok pecinta binatang melalui isu animal welfare. Eropa, Amerika, dan negara-negara maju lainnya sebagai importir terbesar dunia telah menjadikan isu animal welfare sebagai persyaratan dalam perdagangan biota air (Cholik dkk 2005). Oleh karena itu, Indonesia sebagai salah satu negara eksportir udang perlu segera mengantisipasi isu tersebut melalui upaya perekayasaan anti ablasi mata yang dapat mempercepat kematangan gonad udang, namun tidak “menyakiti” induk udang yang digunakan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan memberikan bahan kimia anti-dopamin yang berfungsi untuk menon-aktifkan organ X pada udang. Teknik ini diadopsi dari teknik pembenihan ikan.
A.     Sistem Endokrin Udang.
Hanstrom adalah orang pertama yang menemukan organ endokrin pada crustaceae yang disebut kelenjar sinus dan organ-X. Organ-X merupakan sumber penghasil bahan-bahan sekresi yang terdapat pada kelenjar sinus organ-X dan terdiri dari sekelompok sel syaraf penghasil hormon (Carlisle dan Passano 1953 ). Organ-X pada Brachyura terletak pada bagian dorsolateral tangkai mata, antena medula eksternal dan medula internal, sedangkan pada Natania organ-X berada didekat kulit luar dan biasanya dekat bagian distal dari medula terminalis (Welsh 1961). 
B.     Peranan Hormon dalam Perkembangan Gonad Udang
Reproduksi pada udang dikendalikan oleh berbagai hormon yang dihasilkan oleh tangkai mata, otak, ganglion toraks, ovari, dan diduga juga dipengaruhi oleh ekdisteroid (Charmantier 1997). Kecepatan perkembangan dan pematangan ovari akan dipengaruhi oleh aktifitas kerja hormon tersebut. Berikut adalah hormon-hormon yang berperan dalam perkembangan ovari udang.
1.      Gonad Inhibiting Hormone (GIH)
Gonad inhibiting hormone merupakan hormon yang hanya ada pada krustase. Pada Homarus americanus, GIH disintesis dalam sel neuroendokrin organ-X, tepatnya di dalam medula terminal yang berada di tangkai mata (De Kleijn et al 1998). Neuropeptida hasil sintesis ditransportasikan melalui axon ke kelenjar sinus untuk ditampung dan disekresikan (De Kleijn et al 1998). GIH mempunyai peranan dalam pematangan gonad baik jantan maupun betina, hal ini dikarenakan GIH merupakan hormin yang dapat menghambat perkembangan gonad. Sekresi GIH dikendalikan oleh methionin enkephalin (Met-Enk) dan dopamin.
2.      Mandibular Organ Inhibiting Hormone (MOIH)
Mandibular organ inhibiting hormone (MOIH) merupakan hormon yang disintesis dan disekresi oleh komplek kelenjar sinus organ-X pada tangkai mata (Tarsim 2007). MOIH berfungsi untuk menghambat proses sintesis methyl farnesoate olehorgan mandibular (Huberman 2000).
3.      Gonad Stimulating Hormone (GSH)
Gonad stimulating hormone (GSH) ditemukan pada otak dan thoracic ganglion. Implantasi thoracic ganglion pada Procambarus clarkia dapat menstimulasi perkembangan gonad (Sarojini et al. 1997). Fungsi dari GSH adalah menghambat awal pergantian kulit oleh organ-Y dan merangsang hormon androgen dalam pembentukan sperma dan memelihara pengeluaran telur pada individu betina.
4.      Methyl Farnesoate (MF)
Struktur MF mirip dengan juvenile hormone III pada serangga yang disintesis oleh mandibular organ (MO) (Chang 1997). Methyl farnesoate berperan dalam reproduksi krustase seperti gonadotropin dan juga berperan dalam morfogenesis. Berdasarkan uji secara in vitro pada betina Libina emarginata, tingkat produksi MF oleh mandibular organ tinggi saat perkembangan oosit dan oogenesis (Laufer et al. 1997). Implantasi MO pada juvenil betina berpengaruh terhadap perkembangan gonad. Analisis in vitro pada udang vaname menunjukkan bahwa MF menyebabkan peningkatan ukuran oosit secara signifikan. MF berpengaruh terhadap peningkatan fekunditas udang vaname, selain itu MF juga berperan merangsang organ-Y untuk mensintesis ecdysteroid (Laufer et al 1997)
5.    Androgen Hormone (AH)
Hormon androgen dihasilkan oleh kelenjar androgen yang terdapat hanya pada individu jantan. Kelenjar androgen mengeluarkan hormon yang berfungsi untuk menentukan kelamin, tingkah laku, perkembangan testes, saluran sperma, dan proses pembelahan normal spermatogenesis (Charniux-cotton 1962).
6.      Female Hormone (FH)
Sumber dari FH kemungkinan di ovary, yang berfungsi untuk mengontrol perkembangan karakter seks betina kedua pada decapoda (Charniux-cotton, 1962). FH secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh GIH yang berperan penting pada decapoda, dimana GIH memerlukan tingkat optimum untuk menghasilkan FH dan juga diperlukan untuk menghasilkan AH. Fungsi FH adalah berperan penting didalam rangsangan oogensis.
C.  Teknik Percepatan Kematangan Gonad udang Melalui ablasi
Teknik percepatan kematangan gonad yang paling sering digunakan di Indonesia adalah teknik ablasi mata. Manipulasi hormon dengan cara ablasi mata pada udang telah dimulai oleh Perkins pada tahun 1992 (Brown 1944). Didalam tangkai mata terdapat suatu tempat yang memproduksi dan menyimpan hormone penghambat ovary yang mencegah tingkat kedewasaan dari ovary atau kandungan telur (primavera dan yap 1979). Tujuan ablasi mata adalah menghilangkan atau mengurangi hormon penghambat kematangan gonad. Ablasi mata dapat merangsang perkembangan telur pada krustase, akibat dihilangkannya kelenjar sinus (Hess 1941 dalam Nurdjana 1985).


Gambar. Proses Pemotongan Mata Udang (Ablasi)
Ablasi mata dilakukan dengan cara memotong tangkai mata udang. Proses ablasi ini hanya dilakukan pada induk udang betina dengan menggunakan gunting yang dipanasi terlebih dahulu. Pemotongan tangkai mata dilakukan dengan hati-hati tidak boleh ada pemutusan tangkai secara paksa karena dapat merusak jaringan yang lain.
D.     Pelanggaran Etika Pada Percobaan Ablasi Udang
Melalui percobaan ablasi pada udang, diyakini dapat meningkatkan produksi pembenihan, namun disisi lain, setelah dikaji lebih lanjut ternyata metode dengan melakukan pemotongan pada tungkai mata atau ablasi dapat menyebabkan penurunan kualitas anakan udang, sebab kondisi induk dapat mempengaruhi anakannya, selain itu hal tersebut juga mengakibatkan udang menjadi cacat, secara etika dan moral, hal tersebut melanggar kodrat dari hewan sendiri yaitu memiliki kelengkapan organ tubuh, sehingga metode ablasi dianggap tidak relevan lagi, karena memberikan dampak negative pada udang.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didapatkan inovasi baru yaitu pemberian hormone antidopamin yang dianggap lebih relevan dalam meningkatkan hasil reproduksi udang tanpa harus menyakiti induknya dan merusak kualitas dari anakannya. Penambahan hormon antidopamin dapat dijadikan sebagai teknik baru dalam percepatan kematangan gonad udang.
Teknik ini diadopsi dari teknik percepatan kematangan gonad ikan. Antidopamin adalah bahan kimia yang dapat menghentikan kerja dopamin, sedangkan dopamin merupakan neurotransmitter yang berperan dalam menghambat pematangan gonad udang (Chen et al. 2003). Dopamin menghambat pematangan gonad dengan menstimulasi sekresi hormon penghambat perkembangan gonad (GIH) (Fingerman 1997). Anti dopamin yang terkandung dalam ovaprim berfungsi untuk memblok dopamin sehingga menstomilasi sekresi gonadotropin (Harker, 1992 dalam Prasetya,2002).Metode yang dilakukan adalah dengan mencampurkan antidopamin pada pakan, sehingga teknik perangsangan ini tidak menyakiti induk udang.

 DAFTAR PUSTAKA
Bailey-Brock JH and Moss SM. 1992. Peneid taxonomy, biology, and zoogeography, p. 9-27. Didalam Fast A.W. and L.J. Lester. (Eds). Marine shrimp culture: principles and practices. Development in aquaculture and fisheries science, volume 23. Elsevier Science Publisher. B.V. Netherlands.
Chang ES. 1997. Chemistry of crustaceans hormones that regulatu growth and reproduction. Didalam Fingerman M., R. Nagabhushanam., M. Thompson. Editors. Recent advances in marine biotechnology. Vol. 1. Endocrinology and reproduction. Science Publisher, Inc. USA
Cholik F dkk. 2005. Akuakultur (tumpuan masa depan bangsa). Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar, TMII. Jakarta.
FAO. 2008. FAO Fisheries Technical Paper. Rome
Fingerman M. 1997. Roles of neurotransmitters in regulating reproductive hormone release and gonadal maturation in decapods crustacean. Invertebrate Reproduction Development. 31 : 47-54
Haliman RW dan Dian A. 2005. Udang vaname.Penebar Swadaya. Jakarta. 75 hal
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Prikanan.2009. Rencana Strategi Budidaya Udang. Jakarta
Laufer H, Takac P, Ahl JSB and Laufer MR. 1997. Methyl farnesoate and the effect of eyestalk ablation on the morphogenesis of the juvenile female spide carb Libinia emarginata. Invertebrate Reproduction Developmant. 31 : 63-68.
Nurdjana ML. 1985. Pengaruh ablasi mata terhadap perkembangan telur dan embrio, serta kualitas larva udang windu (Penaeus monodon). Disertasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 438 hal.
Soleh M. 2006. Biologi Udang Vaname Liptopenaeus vaname. BBPBAP Jepara
Wyban JA and Sweeney JN. 2000. Intensive shrimp production technology. The Oceanic Institute. Honolulu, Hawai, USA. Hal. 13-14.
https://www.scribd.com/doc/169278605/ablasi-mata-doc diakses pada tanggal 2 November 2017
repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/44239/2/isi.pdf diakses pada tanggal 2 November 2017
download.portalgaruda.org/article.php?article=20239&val=1242 diakses pada tanggal 7 November 2017
ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btla/article/view/2870 diakses pada tanggal 11 November 2017
www.coremap.or.id/downloads/0073.pdf diakses pada tanggal 29 Oktober 2017
psbtik.smkn1cms.net/pertanian/budidaya_ikan/.../pemijahan_induk_udang_ok.pdf diakses pada tanggal 2 November 2017
https://thebookee.net/ju/jurnal-ablasi-mata-udang diakses pada tanggal 4 November 2017


No comments:

Post a Comment