Iklan

Thursday, February 6, 2020

RANGKUMAN FILSAFAT ILMU



A.   Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Ilmu secara historis berasal dari kajian filsafat, sebab filsafat disebut sebagai induknya ilmu yang tidak hanya dipandang sebagai sumber ilmu, namun sudah menjadi bagian dari ilmu itu sendiri. Secara objektif baik ilmu maupun filsafat sama-sama memiliki objek yang sama yaitu objek material dan objek formal.
1.    Defenisi Filsafat
Filsafat dalam bahasa yunani  philosophia yang terdiri dari dua kata yaitu philos (cinta) dan Sophos (kebijaksanaan,pengetahuan). Secara etimologi, filsafat adalah cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata filsafat yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat segala yang ada, sebab, asal, dan hokum.
2.    Defenisi ilmu
Ilmu berasal dari bahasa arab yaitu a’lima, ya’lamu,’ilman dengan wazan fa’il, yaf’alu, yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode- metode tertentu. Ilmu mempunyai ciri utama yaitu sebagian bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Selain itu juga ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis yang saling berkaitan secara logis.
3.    Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Sedangkan Pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.
Objek material filsafat bersifat universal sedangkan objek material ilmu bersifat khusus dan empiris , Objek formal filsafat bersifat non-fragmentaris sedangkan objek formal ilmu bersifat fragmetaris, spesifik, dan intensif. Nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainya, Filsafat lebih mendalam pada pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif,  Filsafat memberikan penjelasan terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar, sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder.
4.    Tujuan filsafat ilmu
Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, Menjadi pedoman bagi par dosen dan manusia dalam mendalami studi , Mendorong para calon ilmuwan dan ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya, Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan
5.    Persamaan antara ilmu dan pengetahuan
Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya, memberi pengertian mengenai hubungan yang ada  antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya, hendak memberikan sintesis, mempunyai metode dan system, hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbuk dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar.
B.   Sejarah Perkembangan Ilmu
Manusia bukanlah makhluk instingtif yang murni. Untuk menyerasikan diri dengan lingkungannya, manusia menggunakan potensi yang ada dalam dirinya. Berawal dari dorongan rasa ingin tahu, lalu dengan pengalaman yang bersifat trial and error hingga pembuktian secara ilmiah yang kebenarannya dapat teruji secara empiris, dapat diterima secara inderawi, serta dibenarkan oleh rasio.
Berawal dari para filsuf alam yang merupakan orang-orang yang merenung dan memikirkan tentang kejadian-kejadian alam yang mana memberikan perhatian besar terhadap alam/kejadian alam atau lebih dikenal dengan filsof pra Sokrates, adapun para tokohnya yaitu Thales(624-546 SM), Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM), Parmenides (515-440 SM), Phythagoras (580-500 SM). Dan disusul para kaum sofis yang merupakan kaum yang timbul pada masa transisi, dimana penelitian alam tidak lagi menjadi focus utama, tetapi sudah mulai menjurus pada penyelidikan pada manusia, adapun para tokohnya yaitu Protagonas (481-441 SM) dan Gorgias (483-375 SM).
Selanjutnya yang dikenal sebagai zaman keemasan filsafat yang dimulai oleh filosof setelah kaum sofis, dimana mereka tidak setuju dengan pandangan relativisme kaum sofis adapun para tokohnya yaitu Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).
Berikut ini merupakan sejarah perkembangan ilmu dari masa kemasa.
1      Zaman Yunani/Penalaran dan Menyelidiki (600 SM-200 M)
Pada kurun ini kebudayaan Yunani memberi  corak baru pada pengetahuan , Bangsa Yunani kuno sudah memiliki suatu penalaran yang selalu menyelidiki (inquiring mind). Mereka tidak mau menerima peristiwa dan pengalaman begitu saja secara pasif-reseptif,namun terus mencari tahu semua fenomena yang terjadi.
2      Zaman Islam (500 M – 1500 M)
Periodisasi abad pertengahan ini tampaknya lebih didasarkan pada keterkaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berawal dari penerjemahan karya Yunani kedalam bahasa arab yang meliputi ilmu pasti, astrologi,fisika,kedokteran,biologi,farmasi, dan ilmu kimia.
3      Zaman Reaissance dan Modern (1500 M – 1900 M)
Zaman Reaissance ditandai dengan era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Reaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Proses awal perkembangannya ditandai oleh timbulnya ide-ide kreatif yang revolusioner dan bersifat inovatif di Eropa. Ide-ide baru ini mendobrak tradisi pemikiran keliru yang sudah baku, baik dalam menafsirkan fenomena alam maupun dalam melakukan penalaran.
4      Zaman Kontemporer (2000 M – Sekarang)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkembang dengan sangat cepat. Masing-masing ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya dan berbagai macam penemuan-penemuannya. Di sisi lain pada zaman kontemporer ini, perkembangan ilmu juga ditandai dengan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer hanya mengetahui hal yang sedikit tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialisasi dan subspesialisasinya.

C.   Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran
Pengetahuan secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge dalam encyclopedia of philosopy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief), sedangkan secara terminologi menurut Drs. Sidi gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui  atau hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Adapun jenis-jenis pengetahuan diantaranya ;
a.    Pengetahuan biasa atau Common sense, good sense, diperoleh dari Pengalaman sehari-hari
b.    Pengetahuan ilmu yaitu Usaha untuk mengorganisasikan dan mensistemasikan common sense dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari.
c.     Pengetahuan filsafat merupakan Pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran bersifat kontemplatif dan spekulatif, menekankan pada universalitas kajian mendalam.
d.    Pengetahuan agama merupakan pengetahuan Berasal dari tuhan melalui utusannya.
1.    Perbedaan ilmu dan pengetahuan
Ilmu menurut Liang gie adalah aktivitas manusia sehingga memperoleh pengetahuan, lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan nanti, untuk beradaptasi, mengubah lingkungan dan sifat-sifatnya. Sedangkan pengetahuan merupakan Hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau perbuatan manusia untuk memahami obyek tertentu, berwujud barang fisik, pemahaman melalui cara persepsi lewat indra, akal atau masalah kejiwaan. Memiliki obyek tertentu, runtut, memiliki metode yang umum.
2.    Hakekat pengetahuan
a.    Realisme; pengetahuan merupakan Gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada di alam nyata sehingga pengetahuan adalah benar dan tepat jika sesuai dengan kenyataan, mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Tidak mementingkan pada subyek tapi obyek.
b.    Idealisme; Pengetahuan adalah proses mental psikologis yang subyektif. Dunia dan bagiannya adalah satu kesatuan yang utuh dan saling berhubungan. Mementingkan subyek dibandingkan obyek sehingga tidak mengakui kebenaran universal, kebenaran menjadi relative.
3.    Sumber pengetahuan
a.    Empirisme; merupakan Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, bukan bawaan.
Tokohnya : John Locke, David Hume .
b.    Rasionalisme; yaitu Pengetahuan diperoleh dengan akal.  Tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.
c.     Intuisi; yaitu Hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi (Henry Bergson), mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang bersifat analisis,menyeluruh, mutlak tanpa penggambaran simbolis, personal, tidak bisa diramalkan, tidak dapat diandalkan, hanya sebatas hipotesa.
d.    Wahyu; Berasal dari Tuhan melalui para nabi
4.    Ukuran kebenaran
Adapun beberapa jenis kebenaran diantaranya:
a.    Kebenaran epistemologis, berhubungan dengan pengetahuan manusia.
b.    Kebenaran ontologism yaitu kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan.
c.     Kebenaran semantik yaitu kebenaran yang terdapat dan melekat pada tutur kata dan bahasa.
Adapun beberapa teori yang menjelaskan kebenaran di antaranya:
a.    Teori Korespondensi, keadaan dianggap benar jika ada kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan obyek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Kebenaran antara subyek dan obyek. Umumnya dianut pengikut realism.
b.    Teori Koherensi (konsistensi) tentang Kebenaran, kebenaran tidakdibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lain (fakta, realitas) tetapi atas hubungan antar putusan itu sendiri.
c.     Teori Pragmatisme tentang Kebenaran, benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, hanya bergantung pada asas manfaat. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, hasilnya, dan oleh akibat-akibat praktisnya
d.    Agama sebagai Teori Kebenaran, sesuatu dianggap benar jika sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak
D.   Ontologi
Menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari kata ontos (ada) Logos (ilmu/teori) yaitu sesuatu yang berwujud (ada dan keberadaannya). Jadi, ontologi adalah ilmu tentang wujud atau tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak hanya berdasar pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata. Jadi, dapat diketahui bahwa ontologi menurut Amsal Bakhtiar adalah hakikat dari yang ada atau ilmu tentang yang ada baik berbentuk konkret maupun abstrak.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam buku pengantar ilmu dalam perspektif mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang yang ada.
Di dalam ontologi ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
a. Monoisme, paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari seluruh kenyataan hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, faham ini kemudian terbagi 2 yaitu :
1.    Materialisme yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan rohani aliran ini sering juga disebut naturalism.
2.    Idealisme, aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak tampak.
Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran sejati.
b.    Dualisme, aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat yaitu hakekat materi dan hakekat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit.
c.     Pluralisme, paham ini berpandangan bahwa segenap bentuk merupakan kenyataan, pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segala macam bentuk itu semuanya nyata.
d.    Nihilisme, sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternative yang positif, Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis, kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui,  Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
e.    Agnotisisme yaitu mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakekat benda, baik hakekat materi maupun hakikat ruhani. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
E.    Epistemologi
1.    Defenisi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme yang berarti knowledge/ pengetahuan dan logos yang berarti teori. Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian,dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Awal kemunculan teori ini pada abad ke-5 karena beberapa kaum sophis memiliki atau muncul keraguan terhadap kemungkinan kemampuan manusia mengetahui realitas, seberapa jauh pengetahuan kita mngenai kodrat benar-benar merupakan kenyataan objektif, dank arena adanya sikap skeptic dalam menelaah sesuatu hal sehingga muncullah teori ini.
Descarters (1596-1650) menyatakan bahawa Persoalan dasar pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat membuat kekeliruan. Salah satu cara menentukan sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan ialah dengan melihat seberapa jauh hal itu bisa diragukan, bila dicoba secara sistematis meragukan sebanyak mungkin pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik yang tak bisa diragukan sehingga pengetahuan kita dapat dibangun diatas kepastian absolut.
Metoda untuk mencapai kepastian ialah keraguan metodis universal, keraguan ini bersifat universal karena direntang oleh batas, atau sampai keraguan ini membatasi diri, usaha meragukan akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi.
2.    Metode dalam teori pengetahuan
a.    Metode Induktif, metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum
b.    Metode Dedukti, metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
c.     Metode Positivisme, berpangkal pada apa yang diketahui, yang faktual, dan yang positif. Menurut Comte, terdapat 3 perkembangan pemikiran manusia: Teologis, Metafisis, Positif.
d.    Metode Kontemplatif, mengatakan adanya keterbatasan indera, dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yan dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut Intuisi.
e.    Metode Dialektis, metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat (Socrates), Plato mengartikannya sebagai Diskusi Logika. Kini Dialektika berarti Tahap Logika, mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan, juga analisis sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Metode berpikir yang menjadi landasan berpikir menurut Descarters, diantaranya Tidak menerima apapun sebagai hal yang benar, kecuali kalau diyakini sendiri bahwa itu memang benar, memilah-milah masalah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaian, berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk mencapai ke hal yang paling rumit.

3.    Cara mendapatkan pengetahuan yang benar (Jujun S. Sumantri)
a.    Jarum sejarah pengetahuan
Konsep dasar pengetahuan waktu dulu adalah kriteria kesamaan bukan perbedaan, namun setelah pada masa penalaran, konsep dasarnya berubah dari kesamaan menjadi perbedaan sehingga mengakibatkan adanya spesialisasi.
b.    Pengetahuan
Setiap jenis pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi). Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Usaha untuk mengetahui gejala alam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos. Tahap selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba (trial error).
c.     Metode ilmiah
Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu :
Perumusan masalah.
1)    Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan.
2)    Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara.
3)    Pengujian hipotesis.
4)    Penarikan kesimpulan.
d.    Struktur pengetahuan ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada hakikatnya pengetahuan ilmiah mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, meramalkan dan mengontrol.
Pengetahuan ilmiah Terdiri atas :
1)    Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2)    Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3)    Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.
4)    Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya.
F.    Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa yunani yaitu Axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi Aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Jujun S. Suriasumantri aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh..dalam artian jika pada teori hakekat (Ontologi) lebih menekankan kepada sumber dari sebuah ilmu, dan pada teori pengetahuan (Epistomologi) mencakup bagaimana proses dari ilmu itu, maka pada Aksiologi lebih menekankan digunakan untuk apa ilmu tersebut
. Berdasarkan penjelasan diatas maka teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika (baik dan buruk) dan estetika (keindahan dan kejelekan).
1.    Ilmu dan moral
Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, 1990, hal. 237). Sedangkan moral merupakan tekad manusia untuk menemukan kebenaran sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih-lebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral.  
Pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun dalam perspektif. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa ³bumi yang mengelilingi matahari´dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama). Dari hal tersebut timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik ini yang berkulminasi pada pengadilan inkuisisi Galileo pada tahun 1633.
Namun dalam menyikapi pertanyaan seputar kegunaan ilmu, para ilmuan memiliki pendapat yang berbeda. Golongan pertama lebih menekankan kepada kenetralan ilmu pengetahuan secara total (ilmu bebas nilai) dalam artian ilmu itu diciptakan dan aplikasinya untuk kebaikan atau keburukan tergantung yang menggunakannya, sedangkan golongan kedua kenetralan ilmu lebih bersifat pragmatis dalam artian ilmu secara moral harus ditujukan kepada kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakekat manusia.
2.    Tanggungjawab sosial ilmuan
Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul di bahunya.  Karena fungsi selaku ilmuan tidak berhenti pada penalaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Tanggung Jawab Seorang Ilmuan harus pada Tempat Yang tepat, Tanggung Jawab Akademis, dan Tanggung Jawab Moral . beberapa peran dari seorang ilmuan diantaranya:
a.    Peran Ilmuan yang Imperatif : Ilmuanlah yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup untuk dapat menempatkan masalah pada proporsi yang sebenarnya ( Kasus Tenaga Listrik yang mempergunakan tenaga Nuklir)
b.    Peran ilmuan yang persuasif dan argumentatif : seorang ilmuan harus tampil kedepan dan berusaha mempengaruhi opini masyarakat terhadap suatu masalah berdasarkan pengetahuan yang dia miliki
c.     Peran Analisis Seorang Ilmuan : Kemampuan analisis seorang ilmuan dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan nonproduktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
d.    Peran Integritas seorang Ilmuan : Seorang ilmuan harus mampu berbicara dengan bahasa yang dapat dicerna oleh orang awam.
e.    Peran berfikir teliti dan teratur seorang ilmuan: Bagimana sikap seorang ilmuan menghadapi cara berfikir yang keliru di masayarakat.
3.    Nuklir dan pilihan moral
Pengetahuan merupakan kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan kemanusiaan, namun dapat pula disalahgunakan. Ilmu pengetahuan itu bersifat universal. Sehingga Jujun berkeyakinan bahwa ilmu ilmu pengetahuan terbebas dari nilai-nilai yang terikat. Seorang ilmuwan tidak boleh memutarbalikkan penemuannya dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu.
Albert Einstein mengatakan bahwa Tidak cukup bagi kita hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian kepada manusa itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis. Ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga keluruhan moral. Albert Einstein menulis surat kepada Presiden AS Franklin. D. Roosevelt untuk merekomendasikan  pembuatan bom atom. Apakah yang mendorong Einstein merasa berkewajiban untuk memberikan sarana pembuatan bom atom? Apakah karena ia anti rezim Nazi? Atau karena ia penemu E=mc? Dalam surat tersebut Einstein juga secara eksplisit mengemukakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan pembuatan bom atom oleh Nazi. Jika pada waktu itu Jerman tidak memperlihatkan tanda-tanda pembuatan bom nuklir, apakah Einstein akan tetap menulis surat tersebut?
Hal yang sama juga terjadi dengan Einstein dan Presiden Carter, dalam hal ini merupakan bom neutron. Apakah AS akan melengkapi persenjataannya dengan bom neutron? Masalah yang sama namun situasi yang berbeda, pada waktu itu dalam keadaan perang yang kongkret, namun pada masalah kali ini hanya untuk memperkuat startegis militer. Apakah Einstein menulis surat tersebut karena ia adalah warga Negara yang baik? Atau karena dasar nasionalisme dan patriotism?
Tidak. Dalam persoalan ini ilmu bersifat netral. Walaupun demikian Einstein memilih untuk berpihak. Pihak mana yang ia pilih? AS? Sekutu? Bukan. Einstein seperti ilmuwan lainnya memihak kepada kemanusiaan yang besar. Kemanusiaan ini tidak mengenal batas geografis , system politik dan sistem kemasyarakatan lainnya.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Sejarah mencatata para ilmuwan bangkit dan bersikap terhadap politik pemerintahan yang menurut anggapan mereka melanggar asas kemanusian. Mereke tidak bersifat netral. Mereka tegak bersuara sekiranya kemanusiaan memerlukan mereka. Suara mereka bersifat universal mengatasi golongan, ras, system kekuasaan, agama dan rintangan lainnya yang bersifat social.
Einstein waktu itu memihak sekutu karena menganggap sekutu mewakili aspirasi kemanusiaan. Sekiranya sekutu kalah maka akan muncul di muka bumi adalah rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh berpangku tangan. Dia harus memilih berpihak kepada kemanusiaan atau tetap bungkam?
4.    Revolusi genetika
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaahan itu sendiri. Jika pada Perang dunia I menghadirkan bom kuman sebagai kutukan ilmu kimia dan perang dunia II memunculkan bom atom sebagai produk fisika. Kutukan apa yang dibawa oleh revolusi genetika?
Pada revolusi genetika yang dimana manusia mulai dijadikan sebagi objek penelitian yang dalam hal ini membawa permasalahan moral yang baru. Karena para ahli genetika mengatakan bahwa kita harus mencoba dulu baru mengetahui jawabannya (aposteriori). Hal ini membawa permasalahan moral yang baru, apakah memperlakukan manusia selaku kelinci percobaan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Sampai seberapa banyak dan seberapa jauh percobaan harus dilakukan agar ilmu memberikan pembuktian yang meyakinkan.
Kloning adalah proses pengambilan informasi genetik dari satu makhluk hidup untuk menciptakan salinan identik darinya. Mungkin Anda bisa membayangkan kloning sebagai fotokopi berwarna. Para ahli genetika telah berhasil melakukan kloning pada sel, jaringan, gen, dan bahkan hewan hidup. Apakah di kemudian hari kloning manusia akan mungkin untuk dilakukan. Bertolak dari kelebihan dan kekurangan teknologi cloning ini, agamawan, ahli politik, ahli hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan aturan mengenai penerapan teknologi cloning. Sebab ditangan ilmuwan ‘hitam’, cloning bisa menjadi malapetaka.
Tidak ada yang bisa menjamin ataupun memberikan garansi bahwa pengetahuan ini tidak digunakan untuk melakukan sesuatu yang merusak.Karena ilmu itu sendiri tidak bisa memberikan jawabannya secara apriori. Kesimpulan dari pembahasan terkait revolusi genetic yaitu menolak dijadikannya manusia sebagai objek dari penelitian.sebab dapat menimbulkan banyak permasalahan kedepannya.







No comments:

Post a Comment