Iklan

Thursday, February 6, 2020

LAPORAN PRAKTEK LAPANG MANAGEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN


PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN
 
Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dapat pulih (renewable) yang berarti bahwa apabila tidak terganggu, maka secara alami kehidupan akan terjaga keseimbangannya, dan akan sia-sia bila tidak dimanfaatkan. Apabila pemanfaatannya tidak seimbang dengan daya pulihnya maka sumberdaya tersebut dapat terdegradasi dan terancam kelestariannya, yang sering dikenal sebagai tangkap berlebih (overfishing). Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kondisi tangkap lebih maka perlu adanya pengelolaan sumberdaya perikanan.
Prinsip dasar yang mendasari ide pengelolaan adalah bahwa pemanfaatan sumberdaya harus didasarkan pada sistem dan kapasitas daya dukung (carrying capacity) alamiahnya (Saputra, 2009). Besar kecilnya hasil tangkapan tergantung pada jumlah stok alami yang tersedia di perairan dan kemampuan alamiah dari habitat untuk menghasilkan biomass.
Salah satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun kelestariannya tetap terjaga. Oleh karena itu, pendekatan bio-ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya ikan merupakan hal yang harus dipahami oleh setiap pelaku yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya ikan.
Bentuk pengelolaan perikanan dari berbagai daerah memiliki model dan strategi tersendiri berdasarkan sumberdaya yang ada pada setiap daerah. Kabupaten Takalar merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yang mayoritas penduduknya memanfaatkan laut sebagai alternative dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terkait sumberdaya perikanannya.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sumberdaya perikanan beserta pengelolaannya yang ada di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.
  
Praktek lapang ini dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2018 di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar dan di Desa Bodia Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.

Alat dan bahanyang digunakan selama melakukan praktek lapang sebagai berikut
No.
Nama Alat
Fungsi
1
ATK
Memcatat informasi dan data lapangan
2
Kamera
Mendokumentasikan kegiatan

Praktek dilakukan dengan melakukan wawancara langsung di lapangan kepada beberapa nelayan setempat dan dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar. Adapun data yang diperoleh selain dari wawancara berupa data sekunder dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar.
  
Sumberdaya perikanan yang terdapat di Kabupaten Takalar sangatlah beragam dan merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Adapun beberapa sumberdaya perikanannya diantaranya: Ikan, Kerang-kerangan, dan Rumput laut yang banyak dibudidayakan.

Berikut ini merupakan beberapa alat tangkapan yang digunakan nelayan di Kabupaten Takalar.
No
Jenis Alat Tangkap
1
jaring lingkar bertali kerut
2
payang
3
Cantrang
4
dogol
5
pukat pantai
6
pukat cincin
7
jaring insang hanyut
8
jaring lingkar
9
jaring klitik
10
jaring tiga lapis
11
jaring insang tetap
12
Bangan perahu
13
bagan tancap
14
serok
15
setnet
16
rawai tuna
17
anco
18
rawai hanyut lain selain rawai tuna
19
rawai tetap
20
rawai tetap dasar
21
Huhate
22
pancing ulur
23
pancing tegak
24
Sero
25
Jermal
26
pancing lain
27
pancing tonda
28
pancing cumi
29
Bubu
30
perangkap selain bubu
31
alat pengumpul kerrang
32
alat pengumpul rumput laut
33
alat pengumpul teripang
34
alat penanglap kepiting
35
muro ami
36
jala tebar
37
garpu, tombak


Gambar 1. Wawancara nelayan pembuat perangkap telur ikan terbang.
Ikan terbang merupakan komoditas perikanan yang banyak diminati dan memiliki nilai ekonomis tinggi, ikan terbang di Kabupaten Takalar bagi warga setempat disebut dengan ikan tuing-tuing. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan ikan terbang di Kabupaten Takalar, didapatkan beberapa informasi terkait waktu atau periode penangkapan ikan terbang, total hasil tangkapan pada setiap periode penangkapan, dan lokasi penangkapan. Nelayan setempat yangt khusus melakukan penangkapan ikan dan telur ikan terbang beroperasi pada setiap bulan April hingga Agustus setiap tahunnya, lama waktu penangkapan bagi setiap nelayan bervariasi mulai dari dua minggu satu kali trip hingga satu bulan dengan total anggota (awak kapal) berkisar 4-5 orang pada setiap kapal penangkapan.

Gambar 2. Ikan Terbang
Pada setiap waktu penangkapan total biaya yang dikeluarkan bagi setiap nelayan pun juga bervariasi berkisar antara 15 juta hingga 40 juta pada setiap trip dan tergantung lama masa penangkapannya. Selain itu hasil tangkapan yang diperoleh juga bervariasi, untuk tangkapan ikan terbang untuk satu kali trip berkisar antara 300 – 500 ekor, sedangkan untuk telur ikan terbang berkisar antara 105 – 300 kg yang dihargai Rp.350.000/kg dipengumpul. Adapun untuk daerah penangkapannya dilakukan dibeberapa pulau sekitar Kepulauan Spermonde hingga pada daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Gambar 3. Wawancara nelayan ikan terbang
  
Beberapa informasi mengenai data ekspor ikan terbang dan telur ikan terbang yang ada di provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi salah satu factor tingginya tingkat eksploitasi ikan terbang. 

Berikut informasi mengenai total produksi ikan terbang dari tahun 2008 – 2015 di Kabupaten Takalar.

Tahun
Total Tangkapan (Ton)
2008
240,9
2009
176,2
2010
62,3
2011
180,8
2012
57,2
2013
11,2
2014
94,0
2015
37,4

Berdasarakan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar di atas, menunjukkan nilai yang cukup fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan. Sehingga perlu adanya upaya pengelolaan terhadap sumberdaya ikan terbang, khusus di Kabupaten Takalar.
Beberapa informasi pendukung mengenai pengelolaan ikan terbang yang menyebutkan Ikan terbang, Hirundichthys oxycephalus (Bleeker) adalah salah satu jenis sumberdaya laut ekonomis yang terdapat di Selat Makassar dan Laut Flores Sulawesi Selatan. Sumberdaya ini belum dikelola dan akses terbuka sehingga menyebabkan terjadinya overfishing yang ditandai oleh gejala penurunan poduksi, penurunan hasil tangkapan per upaya, dan penurunan potensi maksimum lestari (Nessa et al. 1977; Nessa, et al. 1991, Ali et al. 2004). Selain itu, telah menunjukkan gejala perubahan biologi reproduksi seperti penurunan rata-rata panjang ikan, peningkatan fekunditas dengan kompensasi penurunan diameter telur, pemijahan lebih cepat dengan periode lebih panjang dibanding dengan lebih dari dua dekade yang lalu (Ali, 2005). Untuk menjaga kelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan maka sudah diperlukan pengelolaan dan konservasi. Kebijakan pengelolaan dan konservasi memerlukan informasi ilmiah sebagai dasar pertimbangan pengelolaan. Salah satu informasi awal yang dibutuhkan dalam penentuan unit pengelolaan atau wilayah pengelolaan adalah struktur populasi ikan terbang.
Berikut informasi mengenai isu pengelolaan keberlanjutan ikan terbang berdasarkan KEPMEN KP Tahun 2016 tentang Rencana Pengelolaan Ikan Terbang.

Seandainya sumberdaya hayati laut bukan tidak terbatas dan bukan tidak terusakkan, maka kita dapat saja membiarkan manusia untuk memanfaatkannya dan menyalahgunakan pemanfaatan itu dengan cara semena-mena.Produksi dan potensi perikanan dibatasi oleh sejumlah faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam biologi, ekologi dan lingkungan, teknologi, sosial, kultural dan   ekonomi
1.   Pertimbangan Biologi
Sebagai populasi atau komunitas yang hidup, sumberdaya hayati laut mampu membarui dirinya melalui proses pertumbuhan dalam ukuran (panjang) dan massa (bobot) individu selain pertambahan terhadap populasi atau komunitas melalui reproduksi (yang biasa disebut dalam dunia perikanan sebagai rekrutmen).
Dalam populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas total mencakup mortalitas alami yang terdiri dari proses-proses seperti pemangsaan, penyakit, dan kematian melalui perubahan-perubahan drastisdari lingkungan dan lain-lain. Dalam populasi yang dieksploitasi, mortalitas total terdiri dari mortalitas alami plus mortalitas penangkapan. Tugas utama dari pengelolaan perikanan adalah menjamin bahwa mortalitas penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk bertahan dan tidak mengancam atau merusak kelestarian dan produktivitas dari populasi ikan yang sedang dikelola.     
2.    Pertimbangan Ekologi dan Lingkungan
Kelimpahan dan dinamika populasi ikan mempunyai peranan penting dalam perikanan tetapi populasi akuatik tidak hidup dalam isolasi. Mereka menjadi salah satu komponen ekosistem yang rumit, terdiri dari komponen biologi yang mungkin memangsa, dimangsa, atau berkompetisi dengan stok atau populasi tertentu. Komponen fisik ekosistem, seperti air itu sendiri, substrat, masukan air tawar atau nutrient atau proses non-biologi lainnya mungkin juga menjadi sangat penting dalam pertimbangan ini.
Lingkungan dari ikan jarang bersifat statis dan kondisi lingkungan akuatik dapat berubah secara nyata menurut waktu, seperti pasang surut, suhu air, dan lain-lain. Perubahan lingkungan seperti itu mempengaruhi dinamika dari populasi ikan, pertumbuhan, rekrutmen, mortalitas alami atau kombinasi dari itu semua.

3.   Pertimbangan Sosial, Budaya, dan Kelembagaan
Populasi manusia dan masyarakat bersifat dinamis seperi halnya populasi biologi lainnya. Selain itu perubahan sosial berlangsungterus menerus dalam skala yang berbeda, dipengaruhi oleh perubahan dalam cuaca, lapangan pekerjaan, kondisi politik, penawaran dan permintaan produk perikanan, dan faktor-faktor lainnya. Perubahan seperti itu mempengaruhi efektifitas dari strategi pengelolaan dan oleh sebab itu harus dipertimbangkan dan diakomodasi.
Kendala sosial utama dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa masyarakat dan perilakunya tidak mudah ditransformasikan. Keluarga dan komunitas nelayan mungkin tidak akan bersedia pindah ke pekerjaan lainnya, atau ketempat jauh dari rumah mereka yang bila terjadi surplus kapasitas dalam perikanan, meskipun kualitas hidup mereka akan mengalami penurunan sebagai akibat sumberdaya yang menipis atau rusak. Disamping itu, ketersediaan lapangan pekerjaan bagi mereka juga tidak tersedia secara memadai.
4.   Pertimbangan Ekonomi
Kekuatan pasar sangat berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan. Selain itu pengelolaan perikanan masih sering dihadapkan pada persoalan perikanan akses terbuka (open acces), dimana setiap orang diperbolehkan masuk ke dalamusahaperikanan. Dibawah keadaan seperti itu orang akan terus masuk ke perikanan sampai keuntungan dariusahaperikanan sedemikian rendah, sehingga tidak lagi menarik bagi pelaku usaha baru (new entrance). Akibat yang tidak dapat dielakkan dari usaha perikanan akses terbuka adalah hilangnya keuntungan sehingga mengarah kepada tidak efisiensi secara ekonomi, dan jika tidak dapat ditegakkan tindakan pengelolaan yang efektif, akan terjadi over exploitation. 


Berdasarkan informasi dari Praktek Lapang yang didapatkan baik dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar, maupun dari nelayan setempat, maka diperoleh informasi mengenai beberapa sumberdaya perikanan yang terdapat di Kabupaten Takalar, alat tangkap yang digunakan, serta beberapa produksi perikanan dalam hal ini ikan terbang. Dan dari data total produksi menunjukkan nilai yang fluktuatif yang cenderung menurun dari tahun 2008 hingga 2015 untuk ikan terbang. Perlu adanya pengelolaan untuk keberlangsungan sumberdaya ikan terbang di Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.



Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan Tahun 2018
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Tahun 2016 tentang Rencana Pengelolaan Ikan Terbang.
Nikijuluw, Victor PH. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. P3R. Jakarta.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nur Bambang, A., Suharso, Asriyanto. 2004. Elastisitas Produksi Perikanan Tangkap Kota Tegal. Universitas Dipenegoro. Semarang.
Purwanto. 2010. Bio-Ekonomi Penangkapan Ikan : Model Statik. Bahan ajar pada mata kuliah : Manajemen Eksploitasi Sumberdaya Pantai, Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro, tidak dipublikasikan. Semarang.
Saputra, Suradi Wijaya. 2009. Dinamika Populasi Ikan Berbasis Riset. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ali, S. A., Nessa, N. Djawad, I., dan Omar, S. B.A. 2005. Analisis Struktur Populasi Ikan Terbang (Hirundichthys oxycephalus, Bleeker 1852) Laut Flores dan Selat Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar
Widodo, Johanes & Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajahmada University Press. Yogyakarta.


2 comments:

  1. Blackjack, Craps, and more - Jackson County - JamBase
    Blackjack, 당진 출장안마 Craps, 인천광역 출장안마 and more - Jackson County - JamBase is a casino in Jackson County, Mississippi. 여수 출장마사지 Get 동해 출장샵 information, 공주 출장안마 hours, directions, and reviews.

    ReplyDelete