Review Artikel
"The Tragedy of the Commons"
Tragedi adalah suatu kejadian yang menyedihkan, tragis. Sedangkan commons
adalah lahan milik bersama atau kepemilikan bersama, contohnya adalah padang
penggembalaan (padang rumput yang tidak ada pemiliknya). Oleh karena itu, tragedy
of the commons dapat diartikan sebagai masalah yang
muncul ketika populasi bertambah secara terus menerus, lahan semakin sempit dan
akhirnya menjadi rebutan. Tragedy of the commons terjadi ketika lahan
milik bersama digunakan secara bebas dan tidak ada aturan penggunaannya,
sehingga setiap orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
Artikel mengenai the tragedy of
the commons ditulis oleh Garret Hardin (1968). Garret Hardin
adalah seseorang yang anti bantuan international. Ia tidak setuju dengan
bantuan berupa hutang. Ia juga merupakan seseorang yang mendukung adanya aborsi
atau pengguguran kandungan dan bunuh diri. Menurutnya, aborsi dan bunuh diri
dapat menghambat laju pertumbuhan penduduk sehingga lahan tidak semakin
diperebutkan.
Pokok perhatian Hardin yaitu "Kebebasan berkembangbiak tidak
bisa diterima". Menurutnya, perkembangbiakan harus dibatasi. Semakin
banyak jumlah orang dalam suatu daerah maka semakin sedikit sumber daya yang
tersedia bagi setiap orangnya. Jika ongkos untuk membiayai seorang anak rendah,
maka banyak orang akan memiliki banyak anak. Jika biaya mahal, maka orang akan
berpikir dua kali ketika ingin menambah anak. Asumsinya, anak adalah hal yang
bagus bagi orang tuanya, tetapi bagi masyarakat hal tersebut bisa menjadi
kebalikannya. Penambahan anak turut menambah jumlah penduduk sehingga jatah
setiap masyarakat di daerah tersebut semakin sedikit.
Tragedy of the commons muncul karena
adanya kerakusan. Potensi masalahnya adalah kecenderungan setiap orang untuk
memaksimalkan keuntungan/profit. Hal ini digambarkan juga dengan pertambahan
sapi-sapi di suatu padang rumput. Bagi pemilik sapi, pertambahan jumlah sapi
bisa meningkatkan keuntungan karena pemilik sapi itu dapat menjual sapi-sapinya
sehingga mendapatkan uang. Tetapi pertambahan sapi juga membuat padang rumput
semakin penuh dan pemilik sapi saling berebut lahan untuk menggembalakan sapi
mereka yang bertambah banyak. Selain penggembala sapi yang saling berebut,
persediaan makanan bagi sapi-sapi di padang rumput itu juga semakin menipis.
Thomas Malthus (1766-1834), seorang ahli politik ekonomi dari
Inggris, seperti ditulis dalam Hardin (1968) mengatakan bahwa jumlah penduduk
bertumbuh secara eksponen (kelipatan). Sedangkan lahan pertanian tumbuh secara
deret hitung. Hal ini memunculkan masalah kelaparan dan perebutan lahan karena
pertumbuhan penduduk secara eksponen terjadi sangat cepat dibanding lahan
pertanian yang tumbuh secara deret hitung.
Kelebihan jumlah penduduk dan kompetisi untuk mendapatkan pangan
berpotensi menjadi masalah. Menurut Garret Hardin, beberapa masalah, termasuk
masalah kependudukan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan solusi teknis.
Beberapa masalah juga tidak dapat diselesaikan dengan ilmu pengetahuan. Karena
tidak ada solusi secara teknis, maka solusi yang diberikan berupa solusi
politik. Solusi politik adalah solusi yang berasal dari pemerintah. Solusi ini
berupa Undang-undang, kebijakan, dan sanksi. Contoh negara yang sudah
menerapkan solusi politik untuk mengatasi masalah kependudukan adalah Tiongkok.
Tiongkok pernah memberlakukan peraturan mengenai satu keluarga satu anak. Jika
satu keluarga memiliki anak lebih dari 1 maka konsekuensi dan sanksi harus
ditanggung oleh orang tuanya.
Pada era modern saat ini, permasalahan yang ada pada modern
commonsyaitu penangkapan ikan secara besar-besaran menggunakan alat yang
dapat merusak lingkungan, polusi yang terjadi pada air, udara, dan tanah, serta
polusi suara, misalnya kebisingan. Selain itu, penggunaan taman nasional secara
berlebihan juga dapat menimbulkan masalah, misalnya banyak eksploitasi seperti
penebangan, pembukaan lahan, dan tambang di taman nasional. Masalah lain yang
juga muncul saat ini adalah kelebihan jumlah penduduk yang membuat energi
(bahan bakar, listrik), makanan, dan standar hidup menjadi turun.
Menurut Hardin, mengharapkan kesadaran individu dalam menyelesaikan
permasalahan kepadatan penduduk tidak bisa diandalkan. Manusia lebih
mementingkan keuntungan bagi dirinya dan dengan adanya banyak anak ia akan
dapat melanjutkan keturunan serta lebih banyak menguasai lahan. Kepedulian pada
penduduk lain pun semakin berkurang, bahkan manusia mulai saling berebut lahan.
The new commons atau bisa disebut lahan
baru diperlukan ketika terjadi masalah kepadatan penduduk dan perebutan lahan.
Namun, lahan baru itu tidak bisa digunakan seenaknya sendiri. Ada alternatif
yang dibuat agar tidak terjadi perebutan lahan lagi. Bentuk alternatif itu
misalnya pemaksaan yang dibuat secara bersama-sama. Harus ada pembatasan dengan
paksaan karena kesadaran diri tidak bisa diandalkan. Pemaksaan secara
bersama-sama dilakukan dengan mengubah commons menjadi private.
Lahan milik umum dibuat kepemilikan yang jelas atau ada pembatasan yang
disetujui bersama-sama antar pengguna lahan. Misalnya, setiap orang dibatasi
memiliki 5 sapi saja sehingga tidak timbul kelebihan, pembatasan emisi
kendaraan bermotor, pembatasan penangkapan ikan, dan pembatasan lain yang
disetujui bersama termasuk sanksi yang diberikan jika ada orang yang melanggar
batas tersebut.
No comments:
Post a Comment